Miliarder asal Pakistan, Shahzada Dawood (48) dan anaknya Suleman Dawood (19) turut menjadi korban dalam peristiwa ledakan kapal selam Titan. Istri Shahzada, Christine, mengisahkan saat-saat terakhir sebelum kedua orang tercintanya itu menjadi korban.
Keluarga Shahzada Dawood memang gemar dengan segala hal yang berbau Titanic. Sebelumnya, mereka pernah melihat pameran Titanic di Singapura pada tahun 2012.
Sedangkan dalam perjalanan ke Greenland pada 2019, mereka juga terpesona oleh gletser dan gunung es, dua hal yang menyebabkan karamnya Titanic pada tahun 1912.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip detikINET dari New York Post, Christine mengatakan mereka melihat iklan perusahaan OceanGate yang menawarkan kunjungan ke bangkai Titanic. Meski tarifnya mahal, mereka membayarnya. Awalnya, Christine yang hendak menemani suaminya dalam ekspedisi itu.
Karena wisata ekspedisi itu sempat tertunda beberapa lama karena pandemi COVID-19, akhirnya Suleman yang berangkat menggantikan Christine. Mengingat, saat itu Suleman sudah dewasa.
Karena penerbangan mereka ke St Johns di Newfounland sempat batal dan delay, Shahzada dan anaknya hampir saja batal ikut ekspedisi itu. St Johns ialah tempat di mana kapal Polar Prince akan mengangkut mereka ke titik lokasi bangkai Titanic, lalu menyelam dengan kapal Titan.
Singkat cerita, keluarga itu tiba di St Johns dan naik Polar Prince. Selain mereka bertiga, ada anak Christine bernama Alina, yang ikut menginap di kapal dan menyaksikan lima penumpang kapal Titan saat mulai menyelam.
Menurut Christine, fasilitas di kapal Polar Prince itu terbilang seadanya. Meski demikian, suami dan anaknya tetap kegirangan. "Dia seperti bayi yang bersemangat," kata Christine tentang Suleman saat itu.
Sedangkan suaminya senang karena akan menyelam bersama petualang terkemuka, Bargeolet. "Suamiku berkata ini sangat keren. Dia memancarkan cahaya besar di wajahnya saat berbicara tentang semua hal itu," ujar Christine.
Meskipun biayanya sampai Rp 3,7 miliar per orang, fasilitas di kapal tidak mewah dan ruangannya sempit. Mereka juga kerap meeting untuk membicarakan perjalanan mereka.
Christine mengungkapkan, sebagian besar pertemuan itu seputar pembelajaran tentang kapal selam Titan dan keamanannya. "Sisi teknik itu, kami tidak tahu. Maksud saya, Anda duduk di pesawat tanpa mengetahui cara kerja mesinnya," ujar Christine.
Penumpang diperingatkan bahwa kolam kondensasi mungkin terbentuk di lantai kapal selam, jadi mereka harus menghindari kaki mereka basah.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Mereka juga diberitahu untuk beradaptasi sampai mereka mencapai Titanic. Sebab, lampu kapal selam akan mati untuk menghemat baterai. Namun, mereka masih bisa melihat makhluk laut yang bercahaya.
Penumpang juga diminta memuat lagu favorit mereka ke pemutar musik kapal selam, karena perjalanan bisa memakan waktu empat jam.
Christine mengatakan semangat suami dan anaknya tidak pernah surut meski sempat mengeluhkan soal perlengkapan yang harus dikenakan sebelum masuk ke kapal selam Titan.
Setelah mengucapkan selamat tinggal, Christine dan putrinya menyaksikan Titan yang mengangkut suaminya dan Suleman menyelam ke Samudra Atlantik. Belakangan diketahui kapal selam itu meledak di dalam laut dan seluruh penumpangnya tewas.