Di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terdapat dukuh yang namanya cukup nyeleneh, yakni 'Dukuh Kencing'. Begini asal-usul penamaan tersebut.
'Dukuh Kencing' masuk wilayah Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati. Di pintu masuk menuju permukiman warga terdapat papan hijau bertulis 'Dk Kencing Jati Kulon 5/4 Kudus'.
Lokasinya dari kantor Kepala Desa Jati Kulon berjarak sekitar satu kilometer. Desa Jati Kulon berbatasan dengan Jati Wetan di sebelah timur dan Desa Pasuruan Lor di sebelah barat. Suasana permukiman tidak jauh berbeda dengan pedesaan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua RT 5 TW 4 Desa Jati Kulon, Suyatno mengatakan wilayah 'Kencing' secara administrasi masuk Dukuh Jati Rejo, Desa Jati Kulon, RT 5 RW 4. Penduduknya 90 kepala keluarga (KK) dengan 350 jiwa.
"Sekitar ada 350 jiwa, dari balita sampai dengan lansia. Ini masuknya di Dukuh Jati Rejo, kalau rumahnya ada 55 rumah, 90 KK, mayoritas pekerja adalah buruh," kata Suyatno kepada detikJateng saat ditemui di rumahnya, Kamis (22/6/2023).
![]() |
Disebutnya, 'Kencing' sebenarnya masuk di Dukuh Jati Rejo, bukan Dukuh Jati Kulon seperti yang terpampang pada tulisan papan di pintu masuk permukiman. Berdasarkan cerita turun-temurun, lanjutnya, nama Kencing tidak lepas dari pemberian leluhur ulama besar dari Cirebon.
"Kencing ini masuk pada padukuhan, kalau dukuhnya ikut Jati Rejo, konon ada cerita tentang pendiri seorang ulama besar silsilahnya dari Cirebon, ini itu seperti tanah kemerdekaan," ujarnya.
Sementara itu Kepala Desa Jati Kulon, Heri Suprianto mengatakan sebenarnya nama yang benar adalah Kenceng. Hanya warga lebih mengenalnya dengan sebutan Kencing. Wilayah Kenceng menurut Heri bagian di RT 5 RW 4. Namun nama Kenceng tidak sepopuler penyebutan warga yakni Kencing.
"Itu bukan dukuh, itu masuknya RT 5 RW 4 masuk wilayah Jati Rejo, ada Dukuh Jati Rejo, kalau di situ menyebutnya ya Dukuh Kenceng, kalau Kencing konotasinya kan buang hajat kencing, bukan itu, itu bukan. Warga menyebutkan Kencing, harusnya Kenceng," jelas Heri kepada detikJateng ditemui di kantor desanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Heri mengatakan nama Kenceng merupakan pemberian dari ulama besar dari Cirebon. Sebab di wilayah Kenceng terdapat makam Sheikh Maulana Mukhyiddin yang dipercaya masih keturunan dari Sunan Gunung Jati. Konon sosok ulama tersebut pendiri atau cikal bakal di wilayah Kenceng.
"Jadi pernah dulu kita menanyakan hal itu kepada sesepuh yang ada di Kencing, bahwa di sana sebenarnya ada sesepuh sampai saat ini dituakan, keluarga jadi kalau asal-usul nama Kencing itu saya belum tahu betul, tapi keluarga itu menamakan ada dua ahli waris yang satunya di Kenceng masuk Desa Jati Kulon yang satunya masuk di wilayah Kaliwungu, Papringan, itu masih satu silsilah," Heri menjelaskan.
"Dulu itu cerita yang beredar sampai sekarang adalah makam Sheikh Maulana Mukhyiddin keturunan dari Sunan Gunung Jati, Cirebon yang masih sampai saat ini kami butuh data yang valid, hanya karena kemarin memang dikuatkan adanya peziarah dari Cirebon, yang kami ketahui sampai 4 bus berziarah ke sini," Heri melanjutkan.
Heri menjelaskan di Desa Jati Kulon terdapat tiga dukuh, yakni Krajan, Jati Rejo, dan Kulon Kali. Mayoritas pekerjaan warganya adalah buruh. Mengingat lokasi Desa Jati Kulon tidak jauh dari beberapa pabrik ternama di Kudus.
Heri mengaku sejak tahun 2017 silam telah mencanangkan program untuk mengembangkan desanya. Yakni mencanangkan desa tematik. Di setiap RW, kata dia, ada keunikan yang ditonjolkan.
"Di sini sudah sejak tahun 2017 ini mencanangkan desa tematik, itu setiap RW ada tema yang menonjol, contohnya di RW 5 itu ada namanya Kampung Tempean, karena sebagian besar warganya pembuat tempe, di RW 2 ada kampung sayur karena sebagian warganya menanam sayur di halaman rumah, dan di RW 1 ada kampung padang bulan, karena semua gang ada lampion-lampion," pungkas Heri.