Berpulangnya Sulami 'Manusia Kayu' Sragen

Terpopuler Sepekan

Berpulangnya Sulami 'Manusia Kayu' Sragen

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 17 Jun 2023 08:33 WIB
Sulami, warga Selorejo RT 31/11 Mojokerto, Kedawung, Sragen yang mengalami kelainan sehingga sekujur tubuhnya kaku
Sulami, warga Selorejo RT 31/11 Mojokerto, Kedawung, Sragen yang mengalami kelainan sehingga sekujur tubuhnya kaku (Foto: Muchus Budi R/detikcom)
Solo -

Sulami wanita asal Sragen yang mendapat julukan 'manusia kayu' meninggal dunia pada 12 Juni 2023 lalu. Perjuangan Sulami melawan penyakit langka ini dilakukan sejak dia belia.

Sulami didiagnosis ankilosing spodilitis, penyakit langka yang membuatnya tak bisa menggerakkan hampir seluruh persendiannya, sejak kelas 4 SD. Saudara kembar Sulami, Paniyem juga didiagnosis penyakit yang sama, namun dia meninggal pada 2013 silam.

"Mbak Sulami sebelum meninggal muntah satu malam, pada akhirnya kemarin jam 10.00 WIB bilang nggak kuat minta dibawa ke RS. Belum sempat dibawa Mbak Sulami sudah nggak ada," ujar adik Sulami, Susilowati, dihubungi detikJateng, Selasa (13/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Susilowati menjelaskan Sulami mengeluh sakit muntah-muntah setelah Lebaran. Kala itu, Sulami sempat diperiksakan di Puskesmas Kedawung. Dia pun sempat disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit tapi menolak.

"Seharusnya dirujuk ke rumah sakit Sragen tapi nggak mau. Alasannya karena nggak ada yang nunggu, karena mikir saya masih punya anak kecil, nggak bisa nunggu," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Setelah dibawa ke puskesmas beberapa hari, Sulami akhirnya dibawa pulang hingga akhirnya tutup usia di kediamannya. Sulami dimakamkan di TPU yang tidak jauh dari rumahnya di Kedawung, Sragen.

Sulami pun sempat meninggalkan wasiat untuk keluarga dan tetangganya. Salah satunya, keinginannya untuk meninggal di rumah.

"Dibawa ke puskesmas beberapa hari minta pulang katanya mau mati di rumah," Susilowati.

Selain itu, Sulami juga meminta kepada tetangga saat meninggal dia tidak mau bajunya langsung dibuka. Sulami juga berpesan ingin dimakamkan di samping nenek dan juga kembarannya.

"Ya pesannya mau dimakamkan di samping nenek dan kembarannya," ucapnya.

Sosok Sulami

Saat ditemui pada 2017 silam, Sulami lebih banyak menghabiskan waktu di ranjang di rumah neneknya Ginem. Tak banyak aktivitas fisik yang bisa dilakukan Sulami.

Jika ingin mandi atau makan, Sulami dibangunkan dengan diangkat. Selanjutnya dia berjalan tertatih ditopang sebatang tongkat. Setelah selesai dengan urusannya, Sulami kembali ke kamar untuk kembali berbaring.

Selengkapnya di halaman berikut.

Sulami pun membantingkan tubuhnya untuk bisa telentang. Lalu ada kerabat yang meletakkan posisi tidurnya. Hari-hari Sulami diisi dengan mengaji, mendengarkan radio, atau merangkai manik-manik plastik untuk dijadikan gelang.

Ahli ortopedi traumatologi dari RSO Prof Dr Soeharso Solo Pamudhi Utomo kala itu menyebut penyakit Sulami belum ada obatnya. Secara umum, sakit yang dialami Sulami disebut bamboo spine karena tulang belakang yang mengeras seperti bambu.

"Sebenarnya penyebabnya sendiri itu tidak bisa diketahui sehingga pencegahannya tidak bisa spesifik. Selama ini obat spesifik yang diberikan memang belum ada, jadi diberikan obat anti-inflamasi atau antiradang dan latihan untuk mempertahankan persendian itu agar tetap lentur dan bisa bergerak," jelas Pamudhji saat itu.

Sementara itu, Sulami mengaku sudah ikhlas dengan penyakit yang dideritanya. Dia yakin bakal ada kehidupan lebih baik nantinya.

"Saya sudah ikhlas. Kalau memang tidak akan mendapatkan kesembuhan di dunia ini, saya yakin ada balasan kehidupan yang lebih baik di alam berikutnya nanti," ujar Sulami dengan nada yang pasrah kala itu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)


Hide Ads