Tanggal 8 Juni merupakan hari yang bersejarah dalam agama Islam. Pada hari itu, junjungan besar umat Islam Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafas terakhirnya.
Rasulullah SAW wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 H atau 8 Juni 632 M. Nabi SAW wafat di kota Madinah pada umurnya yang ke-63 tahun.
Sebelum kembali ke pangkuan Allah Yang Maha Kuasa, Rasulullah memberi nasihat kepada semua orang yang ada di sisinya. Berikut detik-detik wafatnya Nabi Muhammad SAW yang terjadi pada tanggal 8 Juni dikutip dari buku 'Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW' (1990) oleh Kemdikbud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Awal Nabi Muhammad SAW Sakit
Dua bulan setelah menunaikan haji Wada, Nabi Muhammad SAW menderita pusing dan demam tinggi. Saat itu Rasulullah SAW berada di rumah Sayyidah Maimunah. Namun, karena sakit yang beliau derita semakin parah, kemudian ia meminta untuk dipindahkan dan dirawat di rumah Sayyidah Aisyah RA.
Di rumah Aisyah, kondisi kesehatan Nabi terus bertambah parah. Meski demikian, Nabi tidak pernah meninggalkan sholatnya bahkan masih mengimami sholat selama beberapa kali.
Pada waktu subuh di hari Senin, Nabi SAW tidak ikut sholat berjamaah dan hanya memperhatikan kaum muslimin yang sedang berdiri di shaf-shaf sholat. Tiada yang menyangka, momen tersebut merupakan waktu subuh terakhir bagi beliau.
Detik-detik Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Ketika waktu Dhuha semakin tinggi, Nabi SAW memanggil anaknya, Fatimah, lalu membisikkan sesuatu kepadanya yang membuat Fatimah menangis dan tersenyum ketika mendapat bisikan Nabi yang kedua.
Ibunda Fatimah, Aisyah melihat kejadian itu dan bertanya tentang hal tersebut. Fatimah kemudian menjawab, "Nabi SAW mengatakan padaku bahwa beliau akan wafat, dan aku menangis. Kemudian beliau mengatakan padaku bahwa aku adalah orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau."
Rasulullah SAW kemudian memanggil cucunya, Hasan dan Husain, dan mencium mereka selagi berpesan pada semua orang yang ada di sana untuk menjaga kedua cucu kesayangannya tersebut. Nabi juga berpesan kepada semua yang hadir untuk memperhatikan sholat.
Saat tanda-tanda datangnya ajal Nabi mulai tampak, Aisyah menyandarkan tubuh Rasulullah SAW di pangkuannya.
Aisyah berkata, "Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat. Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurrahman dan Abu Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku bertanya, 'ku ambilkan siwak itu untukmu?'
Rasulullah memberi isyarat 'ya' dengan kepala, lalu ku ambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras bagi beliau, lalu ku katakan, 'kulunakkan siwak itu untukmu?' Beliau memberi isyarat 'ya' lalu kulunakan siwak itu.
Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke wajah seraya berkata, 'La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekaratnya'." (Shahih Bukhari II, 640)
Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangannya dan mengarahkan pandangannya ke langit-langit seraya menggerakkan kedua bibirnya. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata, "Ya Allah ampunilah aku; Rahmatilah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi." (Ad Darimi, Misykatul Mashabih, II:547)
Setelah tiga kali mengucapkan kalimat tersebut, tangan Nabi SAW kemudian lunglai dan beliau pun kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi, Allah SWT.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Demikian sejarah tanggal 8 Juni dalam Islam. Hari di mana Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhirnya.
Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dil/apl)