Sosok Nurhadi asal Kudus, sempat viral menjadi calon presiden guyonan yang diusung berpasangan dengan Aldo atau disingkat 'Dildo'. Lalu bagaimana nasibnya sekarang?
Nurhadi merupakan warga RT 6 RW 4 Desa Golantepos Kecamatan Mejobo. Nurhadi di tengah usianya yang menginjak kepala lima tengah sibuk berdagang jamu dan menjadi tukang pijat di Pasar Brayung, Mejobo.
Sosok Nurhadi sempat viral menjadi capres guyonan dan hiburan netizen saat memanasnya isu politik Tanah Air pada masa Pilpres 2019 lalu. Nurhadi saat itu dipasangkan dengan pasangan Aldo yang juga sosok cawapres fiktif. Keduanya berlagak bak pasangan politikus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasangan capres guyonan itu menghibur rakyat dengan mengklaim memiliki koalisi. Lucunya nama koalisi itu diberi nama 'Koalisi Indonesia Tronjal-Tronjol Maha Asik'.
Menggelitik lagi, adalah nama Nurhadi ditulis dengan tinta merah pada bagian 'DI dan nama Aldo ditulis merah pada 'LDO. Kedua kata digabungkan menjadi 'DILDO'.
Tak hanya itu tulisan di media sosialnya cukup membuat netizen tersenyum sendiri. Seperti postingan tulisan 'Jangan mengulangi kesalahan yang sama karena kesalahan lain masih ada', 'waktu tak dapat diputar, dijilat apalagi dicelupi', hingga 'saya itu ganteng turunan, tapi kalau nanjak ya jelek lagi'.
Kini Nurhadi bapak beranak empat itu tengah sibuk berjualan jamu dan menjadi tukang pijat. Dia membuka kios sederhana di Pasar Brayung Mejobo.
"Di pasar jualan jamu dan pijat, seperti biasa itu kegiatan pokok, tentang saya menjadi capres itu kan sampingan saya, pokoknya adalah pijat," kata Nurhadi saat berbincang dengan detikJateng ditemui di lokasi, Kamis (1/6/2023).
![]() |
Nurhadi tampak sedang memijat salah satu pelanggan yang datang di kiosnya. Nurhadi ahli bidang memijat pegal-pegal. Di kiosnya, dia melayani pelanggan mulai jam 8-12 siang. Setelah itu dia menerima pijat panggilan.
"Masih dikenal ya capres, ya kadang dia menunjukkan rasa bangga sedang dipijat oleh presiden, intinya semua bisa saya tangani, pegal-pegal dan lainnya," kata Nurhadi.
"Buka jam 8 sampai jam 12, setelah itu panggilan juga menerima, biasanya saat ini paling jauh Semarang, Pati, Jepara, itu tidak pakai tarif, luar kota pakai tarif tapi maaf tidak bisa disebutkan," dia melanjutkan.
Status capres guyonan, kata dia menjadi daya magnet sendiri bagi warga yang meminta untuk memijat. Bahkan kata dia sempat warga yang bangga karena dipijat oleh seorang capres meskipun hanya sebatas guyonan.
"Kalau ada yang cerita itu bangga, senang, dipijat oleh capres," ujarnya.
(aku/apl)