Biografi Amangkurat I, Raja Mataram Islam yang Tak Disenangi

Biografi Amangkurat I, Raja Mataram Islam yang Tak Disenangi

Agustin Tri Wardani - detikJateng
Selasa, 30 Mei 2023 12:54 WIB
Suasana di pintu depan kompleks makam Bapak Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Minggu (14/8/2022). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Biografi Amangkurat I, Raja Mataram Islam yang Tak Disenangi. Foto makam raja-raja Mataram di Imogiri. (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Solo -

Kerajaan Mataram Islam adalah kerajaan Islam yang pernah berjaya di tanah Jawa. Tak hanya ayahnya, Sultan Agung yang terkenal di masa Mataram Islam, tetapi sosok Amangkurat I juga jadi sorotan rakyat Mataram Islam saat itu.

Amangkurat I bertahta usai Sultan Agung lengser memimpin Mataram Islam. Sayangnya, sosok Amangkurat I ini justru dikenal sebagai raja yang zalim dan otoriter. Bahkan, pada masa kepemimpinannya disebut sebagai masa terburuk Mataram Islam.

Lantas, bagaimana sosoknya? Berikut biografi Amangkurat I, dikutip dari buku 'Kitab Terlengkap Sejarah Mataram' (2015) karya Soedjipto Abimanyu dan 'Sejarah' karya Sardiman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biografi Amangkurat I

Amangkurat I adalah anak Sultan Agung dari Permaisuri kedua yang bernama Raden Ayu Wetan. Amangkurat I lahir pada tahun 1619 M dengan nama Raden Mas Sayidin. Pada tahun 1646 M Raden Mas Sayidin dinobatkan menjadi raja Kerajaan Mataram dan bergelar Susuhunan Amangkurat Senopati ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama atau yang lebih dikenal dengan nama Amangkurat I. Ia memerintah Kerajaan Mataram Islam sampai tahun 1677 M.

Sistem kekeluargaan Amangkurat I memiliki kesamaan dengan ayahnya. Keluarga Amangkurat I terdiri dari 2 istri dan 2 anak laki-laki. Amangkurat I memberikan gelar Ratu Wetan dan Ratu Kulon. Ratu Wetan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Raden Mas Drajat. Sedangkan, Ratu Kulon melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Raden Mas Rahmat.

ADVERTISEMENT

Amangkurat I Terpengaruh Kebiasaan Belanda

Pada saat Amangkurat I masih menjabat sebagai Adipati Anom di masa kepemimpinan ayahnya, Amangkurat I memiliki kedekatan dengan Belanda. Karena pada masa itu pihak Kesultanan diberi ijin untuk melakukan perdagangan dan pertemanan di wilayah kekuasaan VOC. Hal tersebut membuat masa muda Amangkurat I terpengaruh dengan kebiasaan Belanda. Amangkurat I dapat bermain gulat layaknya orang Belanda.

Saat itu Amangkurat I menyukai seorang perempuan yang telah bersuami. Perempuan itu adalah istri Tumenggung Wiraguna. Rasa suka Amangkurat I kepada istri Tumenggung Wiraguna semakin menjadi-jadi. Hingga dia membawa lari istri dari Tumenggung Wiraguna. Sultan Agung yang mengetahui anaknya telah berperilaku seperti itu kemudian menghukum Amangkurat I selama 3 tahun, bahkan Amangkurat I tidak boleh memandang ayahnya.

Setelah 3 tahun, Sultan Agung pun memaafkan perilaku Amangkurat I. Namun, Sultan Agung memberikan syarat yaitu Amangkurat I harus segera menikah dengan anak Pangeran Pekik. Tepat di sekitar tahun 1634 Amangkurat I menikah dengan Ratu Pambayu dan bergelar Ratu Kulon, yang melahirkan anak yang bernama Raden Mas Rahmat (Amangkurat II).

Perseteruan Amangkurat I dengan Raden Mas Rahmat

Setelah menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1645. Amangkurat I berkuasa di Kesultanan Mataram. Beliau pun kembali menikah untuk kedua kalinya yang diberi gelar Ratu Wetan. Ratu kedua ini dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Raden Mas Drajat.

Amangkurat I dengan 2 istri dan 2 anak laki-lakinya membuat keadaan istana Mataram menjadi panas. Kelak anak Amangkurat I yang akan mewarisi tahta Kesultanan Mataram adalah Raden Mas Rahmat. Akan tetapi, hubungan antara Amangkurat I dengan Raden Mas Rahmat berjalan tidak harmonis.

Perselisihan antara Raden Mas Rahmat dan ayahnya terjadi saat sang anak menjadi putra mahkota, Raden Mas Rahmat diberi gelar Adipati Anom untuk ikut membantu dalam pemerintahan ayahnya. Akan tetapi, Amangkurat I melengser jabatan anaknya sendiri. Kemudian, beliau melimpahkan jabatan tersebut kepada Pangeran Singasari.

Raden Mas Rahmat yang melihat hal itu marah kepada ayahnya. Akibatnya, beliau melakukan kudeta pada tahun 1661, sebagai bentuk rasa benci kepada ayahnya yang lebih memilih anaknya yang lain dalam jabatan Adipati Anom.

Amangkurat I tidak mengadili perilaku putranya. Akan tetapi, ayahnya menumpas habis pengikut dari putranya. Selain itu, ayahnya pun berusaha meracuni anaknya, tetapi rencana itu tidak berhasil.

Lima tahun telah berlalu sejak perseteruan tersebut, mereka kembali berseteru ketika sang ayah akan memiliki selir baru. Selir baru ayahnya bernama Rara Oyi. Karena sang anak mengetahui hal itu, selir baru ayahnya pun dibawa lari olehnya.

Runtuhnya Kerajaan Mataram

Amangkurat I sangat bertolak belakang dengan Sultan Agung. Sultan Agung adalah sosok yang baik dalam hal sifat, kepemimpinan, maupun berbagai kebijakan yang diambil. Amangkurat I adalah sultan yang terkenal kejam dan tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Kekejaman Amangkurat I itu dapat dilihat dalam berbagai kebijakan politik dan tindakannya.

Amangkurat membunuh seluruh pengawal adiknya, Pangeran Alit, dan keluarganya. Amangkurat I kemudian mengumumkan bahwa kematian adiknya adalah akibat hasutan kalangan ulama.

Amangkurat I pun menyuruh mendata semua ulama yang dicurigai serta sanak keluarga mereka. Sekitar 6.000 orang ulama dan keluarganya dikumpulkan di alun-alun Pleret dan dalam setengah jam semua dibunuh tanpa sisa.

Sifatnya yang kejam dan bengis membuat rakyat tidak menyukai Amangkurat I. Sehingga, satu per satu wilayah di pesisir mulai memberontak dan melepaskan diri dari Mataram. Karenanya, kekuasaan Mataram pun semakin melemah hingga akhirnya Amangkurat I harus bersekutu dengan VOC.

Keputusan Amangkurat I bersekutu dengan VOC merupakan keputusan yang salah. Melalui persekutuan itu VOC berusaha mengadu domba dengan memberikan bantuan kekuatan kepada Amangkurat I.

Karena sudah bersekutu dengan VOC, yang merupakan musuh bebuyutan Sultan Agung, maka wilayah-wilayah yang awalnya berada di bawah kekuasaan Mataram pada masa Sultan Agung pun melakukan perlawanan dan melepaskan diri dari Mataram.

Catatan Kejahatan Amangkurat I

Amangkurat I adalah pemimpin Mataram yang tercatat sebagai pemimpin yang jahat. Amangkurat I merupakan Sultan Mataram yang otoriter. Tindakannya yang sewenang-wenang membuatnya terlihat sangat jahat, jika dibandingkan dengan sultan-sultan Mataram sebelumnya.

Pemerintahannya yang otoriter terlihat saat dirinya membunuh banyak orang. Korban pertamanya adalah Tumenggung Wiraguna. Dia dibunuh oleh suruhan Amangkurat I karena Amangkurat I masih memiliki sakit hati kepadanya.

Kini saat Amangkurat I memiliki kekuasaan, akhirnya dia dapat membalas dendam atas yang dialaminya masa itu. Tumenggung Wiraguna dibunuh di Bali saat diutus Amangkurat I melakukan tugas perang di sana.

Korban kedua adalah Pangeran Alit. Dia merupakan adiknya sendiri. Adiknya sempat melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan yang dilakukan tidak mampu menjatuhkan kekuasaan Amangkurat I.

Pangeran Alit sempat melarikan diri dari kejaran prajurit Amangkurat I. Dia pun meminta perlindungan para ulama. Mengetahui hal itu, Amangkurat pun mencari Pangeran Alit sampai ketemu dan mengadili seluruh ulama. Mereka semua dibantai di alun-alun Pleret. Karena pada masa pemerintahan Amangkurat I, pusat pemerintahan bukan lagi di Kotagede, namun telah dipindah ke daerah Pleret.

  1. Berikut ini catatan kejahatan yang diperbuat oleh Amangkurat I
  2. Membunuh Tumenggung Wiraguna
  3. Membunuh Pangeran Alit
  4. Membunuh seluruh ulama di Mataram
  5. Membunuh Pangeran Pekik
  6. Membunuh keluarga Trunojoyo.

Kematian Amangkurat I

Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadi pemberontakan Trunojoyo dari Madura. Pemberontakan ini mendapat bantuan dari orang-orang Makassar atau Bugis. Trunojoyo berhasil menguasai keraton dan menyebabkan Amangkurat I melarikan diri meminta bantuan VOC.

Amangkurat I meninggal dalam pelariannya hingga menyebabkan Mataram dikuasai oleh Trunojoyo. Dalam pelariannya itu, Amangkurat I menderita sakit keras yang menyebabkan dirinya wafat. Namun, dalam sumber Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa yang mempercepat kematian Amangkurat I adalah air kelapa beracun yang dikirim oleh Amangkurat II.

Di tengah sekarat itu, Amangkurat I tetap menunjuk Amangkurat II sebagai pengganti tahta Mataram meski telah mengetahui segala perbuatan putranya tersebut terhadap dirinya. Akan tetapi, Amangkurat I mengeluarkan kutukan kepada Amangkurat II, bahwa keturunan Amangkurat II tidak akan ada yang menjadi raja kecuali satu orang dan itu pun hanya sebentar.

Kemudian, Amangkurat I berpesan kepada Amangkurat II agar meminta bantuan VOC untuk merebut kembali tahta Mataram yang telah jatuh ke tangan pemberontak Trunojoyo. Amangkurat II kemudian mendirikan Kasunanan Kartasura, kelanjutan dari Kerajaan Mataram sebelum terbagi menjadi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta.

Akhirnya, Amangkurat I mengembuskan napas terakhirnya pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas, Jawa Tengah. Sebelum meninggal, ia berwasiat agar dimakamkan di samping gurunya di Tegal. Tanah yang digunakan sebagai makam Amangkurat I mengeluarkan bau yang harum, sehingga desa itu disebut sebagai Tegalwangi atau Tegalarum.

Nah, itulah informasi mengenai biografi Amangkurat I. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(aku/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads