Seorang siswi sebuah SMP negeri di Brebes, diminta mundur karena jarang masuk kelas. Pelajar putri ini beralasan jarang masuk kelas lantaran menunggui adiknya yang sakit gizi buruk.
Saat ditemui di rumahnya, Anisa Maharani mengaku sangat ingin sekolah seperti teman-temannya. Siswi kelas 1 SMPN 1 Wanasari Brebes ini sering tidak masuk kelas karena harus menjaga adiknya yang sakit sejak Agustus 2022 lalu.
"Bu guru bilang gini, kamu jangan bolos lagi. Saya bilang, 'Rani lagi jagain adik sakit Bu'. Tapi dikiranya bolos," kata Rani sapaannya, saat ditemui di kontrakannya di Kaligangsa Wetan, Brebes, Sabtu (27/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rani pun putus asa saat gurunya datang ke rumah sakit tempat adiknya dirawat dan mengantar formulir pengunduran dirinya pada Oktober 2022. Sudah tujuh bulan ini dia tak sekolah.
"Saya pingin sekolah lagi," ucap Rani lirih sambil meneteskan air mata.
Sejak putus sekolah, Rani kini mengisi waktunya dengan menjaga sang adik dan membantu ayahnya mencari tambahan penghasilan. Sering kali Rani ikut ayahnya keliling desa untuk mengamen.
"Selama di rumah keliling desa cari uang bantu ortu mengamen," kata Rani.
Ayah Rani, Andi (47) menambahkan anak sulungnya itu bergantian untuk menjaga adiknya Cintya Rizki Azalia (3) yang dirawat di rumah sakit sejak Agustus 2022 lalu. Rani pun menjaga adiknya ketika ayahnya bekerja.
"Jadi karena harus menunggui adiknya ini, dia jarang masuk. Kalau saya masuk pagi, maka yang tugas jagain si Rani. Adiknya kena gizi buruk dan sampai sekarang belum sembuh. Jadi masih menjaga adiknya," terang Andi yang bekerja sebagai sekuriti di dealer kendaraan di Kota Tegal ini.
Anak bungsunya itu semula dirawat di RSUD Brebes namun belakangan pindah ke RSUD Kardinah di Kota Tegal. Jarak pun menjadi kendala bagi Rani untuk bersekolah.
Andi mengungkap sekitar satu tahun terakhir, keluarganya mengontrak di wilayah Kota Tegal karena dekat dengan kantor. Namun, jarak yang ditempuh Rani untuk sekolah pun menjadi jauh. Terlebih dengan dirawatnya adik Rani di RSUD Kardinah, jarak yang harus ditempuh Rani ke sekolahnya mencapai 13 km.
"Giliran dia tidak jaga adik, Rani juga sering tidak masuk karena tidak punya sangu sama sekali. Kalau ada saudara yang memberi, kadang dia baru bisa berangkat sekolah," terus suami dari Lina Handayani (38) ini.
Keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan ini juga menyebabkan Rani menunggak uang komite bulanan. Terakhir, Andi mengaku anaknya menunggak uang komite selama 2 bulan sebesar Rp 80 ribu per bulannya. Ia pun belum membayar lunas uang pendaftaran Rp 1 juta dan uang iuran untuk paving Rp 150 ribu.
Alasan jarang masuk sekolah itu membuat guru Rani datang ke rumah pada Oktober 2022. Kala itu guru BP dan wali kelasnya mendatangi Rani di RSUD Kardinah Kota Tegal sambil membawa formulir surat pengunduran diri.
Surat pengunduran diri tersebut disampaikan sudah manjadi hasil musyawarah bersama kepala sekolah. Andi mengaku sempat meminta anaknya pindah sekolah, namun ditolak pihak SMPN 1 Wanasari. Hingga akhirnya, Andi menuruti permintaan sekolah agar Rani mundur sebagai pelajar SMPN 1 Wanasari.
"Sebenarnya pengin supaya pindah ke Kota Tegal supaya dekat, tapi sekolah tidak mau. Alasannya tidak memiliki nilai. Sempat berdebat di rumah sakit, tapi karena ada orang sakit, saya akhirnya menuruti tanda tangan," beber Andi.
Selengkapnya penjelasan pihak sekolah.
Penjelasan Pihak SMPN 1 Wanasari
Terpisah, pihak SMPN 1 Wanasari menyebut surat pengunduran diri itu bukan paksaan. Pihak sekolah menyerahkan surat itu karena Rani tidak pernah berangkat sekolah.
"Beberapa guru yang rumahnya di Tegal menawari berangkat bersama dengan guru yang searah dalam perjalanan, tapi tidak mau. Orangtuanya juga tidak ada respons. Akhirnya kami menawarkan, bagaimana Ran, mau melanjutkan atau tidak. Saya tanya anaknya nggak ada respons, orang tuanya terserah anaknya," kata Guru BK SMPN 1 Wanasari Kabupaten Brebes, Viestia Lidya Virginia didampingi wali kelas Rifka Annisa Azmi.
Viestia menjelaskan penawaran surat pengunduran diri tersebut tidak ada kaitannya dengan masalah pembayaran iuran bulanan yang menunggak. Melainkan karena Rani memang jarang masuk sekolah.
"Jadi pemberian surat tersebut pun setelah pihak sekolah melakukan home visit beberapa kali. Satu kali tidak direspons, dua kali tidak direspons, tiga kali tidak direspons hingga orang tua dipanggil namun tidak datang," jelasnya.
"Akhirnya Bapak Kepala Sekolah, ya sudah kalau misalkan tidak mau datang ke sekolah berikan saja surat pengunduran diri, tidak apa-apa. Terus barangkali anaknya mau memilih sekolah yang lebih dekat dari rumahnya, terserah," pungkas dia.
Simak Video "Video: Cak Imin Ungkap Data Anak di Keluarga Miskin Ektrem Tidak Sekolah"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)