Proyek PLTS Terapung WGM Tuai Pro Kontra, Nelayan Khawatir 2 Hal Ini

Proyek PLTS Terapung WGM Tuai Pro Kontra, Nelayan Khawatir 2 Hal Ini

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Jumat, 26 Mei 2023 17:45 WIB
Kondisi WGM Wonogiri Selasa (28/3/2023) siang.
Kondisi WGM Wonogiri Selasa (28/3/2023) siang. Foto: Dok Istimewa
Wonogiri -

Kelompok nelayan mengkhawatirkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Gajah Mungkur (WGM). Lokasi pembangunan itu diketahui berada di tempat yang biasa menghasilkan ikan banyak saat kemarau.

Diketahui, PLTS terapung itu rencananya akan dibangun di genangan WGM yang masuk wilayah Desa Boto, Kecamatan Baturetno.

"Kami tidak menolak sepenuhnya (rencana PLTS terapung). Tapi harus ada solusi bagi masyarakat yang terdampak," kata Sekretaris Kelompok Nelayan Mina Mulya Desa Boto, Jupri Heriyanto saat dihubungi, Jumat (26/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan ada beberapa hal yang dikhawatirkan para nelayan terkait pembangunan tersebut. Pertama, apakah akan ada dampak daya listrik atau radiasi dari PLTS terapung itu.

Kedua, rencana lokasi PLTS berada di tempat yang menghasilkan banyak ikan saat kemarau. Tempat itu merupakan jujugan nelayan untuk menangkap ikan saat kemarau.

ADVERTISEMENT

"Memang benar titiknya jadi tempat nelayan mencari ikan saat kemarau. Kalau kondisi air saat ini, lokasi pasnya susah. Namun saat kemarau gampang diketahui posisinya," urainya.

Menurutnya, saat kemarau lokasi itu masih banyak menampung air. Oleh karenanya, banyak ikan di lokasi tersebut sehingga nelayan mudah mendapatkan ikan.

"Sekali angkat jaring bisa beda-beda. Kalau kemarau di titik itu bisa dapat 10 kilogram ikan, sekali angkat," terang Jupri.

Hal senada disampaikan Sekretaris Kelompok Nelayan Suka Makmur Desa Boto Untung Budi Santoso. Budi menegaskan jika PLTS terapung dibangun di sana harus ada solusi yang ditawarkan kepada nelayan atau warga terdampak.

"Saat kemarau air WGM kan surut. Area tangkap ikan otomatis berkurang. Di titik itulah biasanya kami mencari ikan. Titik tangkapnya nanti bisa berkurang," kata dia.

Ia juga membenarkan jika di lokasi itu menjadi tempat favorit nelayan mencari ikan saat kemarau. Bahkan sekali tangkap bisa menghasilkan Rp 200 ribu.

Adapun ikannya seperti ikan nila hitam dan ikan bader. Harga nila Rp 20 ribu/kg. Sedangkan bader Rp 7.000-8.000 per kilogramnya.

Lokasi itu terlihat sangat luas saat kemarau karena airnya surut. Lokasi itu bisa dituju dari pangkalan perahu di Desa Boto sekitar 10-15 menit menggunakan perahu. Namun, saat air WGM masih banyak seperti saat ini bisa lebih lama.

"Kalau jadi dibangun, kami tidak bisa banyak berbuat. Mau tak mau nantinya nelayan hanya bisa menangkap ikan di sekitar PLTS terapung. Harapan kami diberi solusi terbaik. Saat kemarau bagaimana apakah ada gantinya atau bagaimana," beber dia.




(ams/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads