Contoh Teks Khutbah Jumat Dzulqa'dah: Mencerdaskan Diri dengan Bertafakur

Contoh Teks Khutbah Jumat Dzulqa'dah: Mencerdaskan Diri dengan Bertafakur

Santo - detikJateng
Kamis, 25 Mei 2023 18:29 WIB
Sejumlah jamaah mendengarkan khutbah jumat usai peresmian Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (30/12/2022). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan Masjid Raya Al Jabbar sekaligus menggelar Salat Jumat perdana di Masjid Raya tersebut.
Contoh teks khutbah Jumat Dzulqa'dah: Mencerdaskan Diri dengan Bertafakur. Foto: Raisan Al Farisi/Antara Foto.
Yogyakarta -

Contoh teks khutbah Jumat dapat digunakan oleh siapapun yang membutuhkan. Berikut contoh teks khutbah Jumat di bulan Dzulqa'dah yang dapat dijadikan sebagai referensi.

Setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan merayakan Hari Raya Idul Fitri di bulan Syawal, umat Islam kini telah memasuki bulan Dzulqa'dah 1444 H. Bulan ini merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Mengutip Nu Online, ada beberapa keutamaan yang dimiliki bulan Dzulqa'dah diantaranya merupakan salah satu asyhurul hurum dan bulan haji. Bagi siapapun yang mendapat tugas untuk membawakan khutbah Jumat di bulan Dzulqa'dah, berikut contoh teks khutbah Jumat di bulan Dzulqa'dah yang dapat dijadikan sebagai referensi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Teks Khutbah Jumat Dzulqa'dah

Berikut contoh teks khutbah Jumat di bulan Dzulqa'dah tentang mencerdaskan diri dengan bertafakur dikutip dari laman NU Kota Kediri.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

ADVERTISEMENT

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Yakni dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, dalam kondisi apapun, saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, ataupun derita. Karena hanyalah orang-orang yang bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisiNya. Kekayaan itu tidak akan abadi, kemiskinan pun tidak akan selamanya.

Bahagia dan derita, pun juga demikian adanya, datang silih berganti. Hanyalah amal shalih dan ketakwaan seorang hamba, yang dapat mengantarkannya meraih kebahagiaan yang abadi selamanya, hidup bahagia di surga kelak.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Allah SWT telah memerintahkan dalam Al-Quran untuk bertafakur, merenung. Allah SWT senantiasa memberi pujian atas orang-orang yang setiap saat selalu merenung dan berpikir. Tafakur merupakan ibadah yang sangat utama dan begitu besar faedahnya.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 191, "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.'"

Ibnu Abbas RA menceritakan ada satu kaum yang memikirkan tentang Dzat Allah SWT, lalu mereka ditegur oleh Nabi Muhammad SAW seraya berkata, "Berpikirlah tentang makhluk Allah SWT, jangan berpikir tentang Dzat Allah SWT."

Ada satu riwayat yang menyebutkan bahwa tafakur satu jam lebih baik daripada ibadah satu tahun.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Banyak sekali anjuran bertafakur baik di dalam Al-Quran maupun hadits Nabi. Ada kejadian yang begitu mengharukan, pada satu malam Nabi Muhammad SAW menangis, entah apa yang membuatnya sampai begitu.

Kemudian datang Bilal RA menghampirinya, lalu berkata, "Ada apa, ya Rasul, sampai engkau seperti ini? Bukankah engkau telah diampuni dosa-dosamu, yang terdahulu maupun yang akan datang?" Nabi berkata, "Celaka kamu, Bilal, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan Allah SWT telah menurunkan padaku malam ini ayat,

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

Kemudian Nabi melanjutkan perkataannya, "Sungguh celaka orang yang membaca ayat ini dan tidak tafakur atau merenungkannya."

Syekh Al-Fudhail mengungkapkan bahwa tafakur merupakan cermin yang memperlihatkan kebaikan dan keburukan kita. Pernah suatu ketika Nabi Ibrahim AS ditanya, "Mengapa engkau terus menerus bertafakur?" Beliau menjawab, "Tafakur adalah inti dari akal."

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Tidak samar lagi bagi kita, bahwa tafakur adalah sumber pengetahuan. Namun kita hanya mengetahui keutamaannya saja dan tidak mengetahui apa sebenarnya tafakur itu sendiri. Bagaimana caranya, tentang apa kita bertafakur, dan apa buah yang bisa diperoleh dari bertafakur. Imam Al-Ghazali mendefinisikan, tafakur adalah merenungkan dua hal yang saling berkaitan sehingga bisa menghasilkan satu kesimpulan. Dalam hal ini, madkhal (objek) tafakur ada empat macam, yaitu:

Pertama, tentang kemaksiatan, hendaknya setiap saat kita merenung sudah berapa kesalahan yang kita lakukan pada hari ini, mulai dari pagi sampai malam, dan kesalahan-kesalahan pada hari kemarin. Sehingga dengan begitu kita akan menyesalinya dan segera bertaubat serta tidak akan mengulanginya.

Dengan kata lain, kita kapanpun dan dimanapun senantiasa muhasabah (mengoreksi diri) sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Koreksilah kesalahan kalian sebelum kalian dihisab (pada Hari Kiamat).

Kedua, tentang ketaatan kepada perintah Allah SWT. Kita harus melihat diri kita, bagaimana melaksanakan kewajiban-kewajiban kita, terutama ibadah fardu kita. Apakah sudah terpenuhi syarat dan rukunnya agar diterima di sisi Allah SWT? Bagaimana kita menyempurnakan dan menjaganya agar jangan sampai teledor dalam menjalankannya. Dengan semua ini kita akan bisa dan mampu meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT, ikhlas menunaikannya sebagai wujud pengabdian dan rasa syukur kita terhadapNya.

Ketiga, tentang sifat-sifat yang tercela. Sudahkah kita membersihkan hati kita dan mengobatinya dari penyakitnya? Seperti hasud, 'ujub, sombong, riya dan sebagainya. Kita harus merenung, bagaimana cara membersihkan hati kita? Sehingga dengan kebersihan hati akan semakin mendekatkan kita keharibaan Allah SWT.

Keempat, tentang sifat-sifat mahmudah (terpuji), hendaknya seseorang berpikir, sudahkah ia memiliki sifat-sifat ini, sudahkah ia berperilaku baik, bersyukur, jujur, sabar, khauf, raja', dan ikhlas dalam beribadah? Hendaknya ia mengetahui terlebih dahulu, ini semua tidak akan mungkin dicapai tanpa ilmu, dan ilmu tak akan bisa diperoleh tanpa tafakur (berpikir dan merenung).

Imam Al-Ghazali melanjutkan, buah tafakur ialah ilmu, ahwal (keadaan diri kita), dan amal perbuatan dengan ditopang pengetahuan tersebut. Namun, buah tafakur secara khusus adalah ilmu yang kita peroleh.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

"Dengan i'tibar (mengambil hikmah atau pelajaran) akan bertambah ilmu kita. Dengan dzikir akan bertambah kecintaan kita pada Allah SWT. Dari tafakur akan bertambah takwa kita," demikian Syeikh Hatim berfatwa. Ditambahkan lagi oleh Imam Asy-Syafi'i bahwa: "Berdiamlah sejenak sebelum berbicara, dan menggalilah pengetahuan dengan tafakur." Barang siapa yang ucapannya tidak mengandung hikmah, maka tiadalah berguna dia, dan barang siapa diamnya tidak bertafakur, maka dia termasuk orang-orang yang lalai.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Bila kita menilik QS. Adz-Dzariyat ayat 21, "Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu juga tiada memperhatikan?"

Ayat ini mengisyaratkan kita untuk berpikir tentang proses kejadian manusia. Pada mulanya manusia, Nabi Adam AS, diciptakan dari tanah kemudian proses selanjutnya "secara terus menerus" berasal dari setetes air yang menjijikkan dan sangat hina.

Seandainya dibiarkan sebentar saja, akan rusak oleh hembusan udara. Bagaimana Allah SWT meletakkan dan mencampurnya dengan ovum di dalam rahim, bagaimana pula menjadikannya gumpalan darah, kemudian segumpal daging. Lalu membentuknya dengan wujud yang menakjubkan, diberi telinga, mata, hidung, mulut dan sebagainya. Sehingga menjadi makhluk paling sempurna di antara yang lainnya, sampai pada akhirnya ditiupkanlah ruh di dalamnya.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Buah dari tafakur adalah ilmu dan kepahaman tentang hal baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. Ketika ilmu sudah diperoleh berubahlah hati nurani. Ketika nurani mengalami perubahan, niscaya berubahlah tingkah laku kita sehingga menjadi lebih baik.

Dengan demikian, tafakur merupakan kunci dan permulaan semua kebaikan serta perilaku terpuji. Maka hendaknya kita setiap saat bertafakur merenung tentang ciptaan Allah SWT. Dengan begitu, kita akan mengetahui keagungan Sang Pencipta. Kita akan lebih bisa menghayati betapa kita hanyalah satu bagian yang kecil dari beraneka ragam makhluk Allah SWT. Aamiin.

Itulah contoh teks khutbah Jumat di bulan Dzulqa'dah tentang mencerdaskan diri dengan bertafakur yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apl/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads