Belakangan ini warga Desa Batealit Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara, Jawa Tengah digegerkan dengan penemuan jeruk bali yang bergambar wajah wali songo atau wali sembilan. Seorang dosen pertanian di Universitas Muria Kudus menyebut fenomena tersebut adalah pareidolia.
"Kebetulan saja digatuk-gatukkan sepertinya di kulit jeruk pamelo ada wajah mirip wali songo," jelas Dosen Fakultas Pertanian di Universitas Muria Kudus, Hendi Hendro kepada detikJateng lewat pesan singkat, Selasa (9/5/2023), lalu.
Hendi juga menegaskan bahwa fenomena tersebut adalah fenomena unik yang tidak ada kaitannya dengan mistis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga benda tersebut terkesan aneh, unik tetapi tidak berkaitan dengan mistis," terang Hendi.
Lantas, apakah itu fenomena pareidolia? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Pareidolia?
Dikutip dari laman resmi Universitas Stekom, Pareidolia adalah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak yang sering kali berwujud sebuah gambar atau suara yang dianggap penting.
Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau wajah-wajah di awan, melihat pria atau kelinci di permukaan Bulan, atau mendengar pesan tertentu di rekaman yang dimainkan secara terbalik.
Pareidolia ini sering terjadi bila ada persepsi citra agama dan berbagai tema lainnya, terutama wajah tokoh maupun simbol agama, dalam fenomena-fenomena yang dijumpai. Banyak di antaranya yang melibatkan gambar Yesus, Bunda Maria, atau lafadz Allah, dan seperti yang baru heboh belakangan yaitu buah jeruk dengan gambar wali songo.
Fenomena Pareidolia
Dikutip dari sumber yang sama, pada tahun 1978, seorang wanita New Meksiko menemukan bahwa terdapat pola gambar akibat pembakaran pada tortila yang dia buat, gambar tersebut menyerupai penggambaran dari wajah Yesus Kristus. Alhasil, ribuan orang datang untuk melihat tortilla yang dibingkai tersebut.
Pada bulan September 2007, muncul sebuah fenomena pohon kera yang menyebabkan sebuah mania sosial kecil di Singapura. Terdapat bagian dari pohon tersebut yang menyerupai wujud kera, dan orang-orang yang percaya berbondong-bondong ke pohon tersebut untuk memberi penghormatan kepada Dewa Kera.
Sejarah Pareidolia
Dikutip dari detikInet yang melansir dari Live Science, Pareidolia sudah dimulai sejak Leonardo Da Vinci sampai Carl Sagan. Bagi Da Vinci, fenomena semacam ini menjadi alat bantu artistik bagi seniman mengembangkan imajinasinya. Carl Sagan punya pendapat Pareidolia adalah naluri survival manusia.
Kata Sagan, kemampuan mengenali wajah dari jarak jauh dengan visibilitas rendah adalah teknis bertahan hidup yang penting. Insting manusia adalah ingin langsung mengenali wajah sebagai kawan atau lawan.
"Hasilnya adalah misinterpretasi gambar atau pola acak dari cahaya dan bayangan, yang dikenali sebagai wajah," kata dia.
Nah, itulah penjelasan mengenai Pareidolia soal heboh jeruk bergambar wali songo di Jepara.
Baca juga: Peran Wali Songo di Kerajaan Demak |
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ahr/ams)