Kota Solo memiliki banyak destinasi wisata sejarah yang populer, termasuk Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) dan Puro Mangkunegaran. Namun, tak sedikit wisatawan yang masih bertanya-tanya apa perbedaan di antara keduanya.
Dikutip dari laman resmi pemerintah Surakarta, saat ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo dipimpin oleh Sampeyan Ndalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIII. Sementara, Puro Mangkunegaran dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X.
Perbedaan Keraton Kasunanan Solo dan Puro Mangkunegaran
1. Sejarah Berdirinya
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo dibangun oleh Paku Buwono II pada tahun 1745 Masehi. Sebelumnya ibukota Keraton berada di Kartasura, yang berjarak lebih kurang 12 km barat Kota Solo lalu terjadi pemindahan pusat pemerintahan Mataram ke Desa Sala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulanya, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Setelah ditetapkannya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, maka terjadi pembagian wilayah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta. Sejak Perjanjian Giyanti ada, kedudukan kerajaan Mataram pun berakhir.
Sementara, Puro Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Setelah penandatanganan Perundingan Salatiga pada tanggal 13 Maret, Raden Mas Said menjadi Pangeran Mangkunegara I. Dulunya pada tahun 1757-1946, Puro Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang berhak mengatur wilayahnya sendiri.
Selain itu, Puro Mangkunegaran juga memiliki prajurit secara independen terlepas dari Kasunanan. Cakupan wilayahnya pun juga berbeda. Tertulis dalam Perjanjian Salatiga yang dikeluarkan pada 17 Maret 1757, Mangkunegara I memiliki daerah kekuasaan yang meliputi wilayah Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu.
Kemudian, tepatnya di bulan September 1946, Mangkunegara VIII yang memerintah pada masa itu, menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, adanya revolusi sosial di Solo pada 1945-1946, menyebabkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya. Kini Puro Mangkunegaran tetap memegang komitmen untuk menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya di Solo.
2. Gelaran Acara
Setiap tahun Keraton Solo secara rutin mengadakan acara kebudayaan, seperti upacara garebek yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun, upacara sekaten yang dilaksanakan selama tujuh hari, dan malam satu suro.
Sedangkan Puro Mangkunegaran memiliki agenda-agenda acara tersendiri seperti penobatan penguasa Praja Mangkunegaran yang baru, peringatan naik tahta, kirab pusaka dalem malam satu suro, seminar kebudayaan, Mangkunegaran Jazz Festival, ruwahan, upacara perkawinan dan khitanan keluarga Mangkunegaran, upacara penyambutan tamu-tamu penting, dan lain-lain.
![]() |
3. Kepemilikan Alun-alun
Puro Mangkunegaran merupakan Kadipaten dan berada di bawah pemerintahan Kasunanan. Dalam setiap pengangkatan raja harus mendapat persetujuan dari Kanjeng Sinuhun Paku Buwono dan Residen Belanda dahulu. Puro Mangkunegaran juga tidak diperkenankan mempunyai alun-alun seperti yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sehingga, adanya alun-alun di Keraton Solo menjadi sebuah perbedaan dengan Puro Mangkunegaran, karena di Puro Mangkunegaran tidak terdapat alun-alun.
4. Kepemilikan Taman
Melansir detikJateng, Puro Mangkunegaran memiliki taman bernama Taman Pracima Tuin. Taman Pracima ini dibuka untuk umum, sehingga berdampak untuk melestarikan kebudayaan dan meningkatkan pendapatan ekonomi.
Dibukanya Taman Pracima untuk umum ini juga bertujuan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat atau wisatawan di Puro Mangkunegaran untuk menikmati kuliner tradisional dan keindahan taman. Wisata taman ini tidak bisa ditemukan di Keraton Solo, hanya ada di Puro Mangkunegaran dan menjadi ikon utama saat ini.
5. Koleksi Seni dan Fasilitas
Dikutip dari uajy.ac.id, barang-barang koleksi seni dan budaya Jawa yang ada di Keraton Solo antara lain adalah patung, foto-foto, alat musik, dan meja kursi ukiran. Kondisi Keraton Dan koleksi-koleksinya juga dirawat dengan sangat baik. Parkir Keraton Solo terletak di halaman depan pintu gerbang Keraton dan dijaga oleh petugas.
Lalu, di Puro Mangkunegaran barang-barang koleksi seni dan budaya yang tersedia antara lain ada patung, foto-foto, alat musik, dan meja kursi ukiran. Kondisinya juga sangat terawat dengan baik. Puro Mangkunegaran memiliki fasilitas pendukung yaitu wifi dan toilet. Tersedia juga lahan parkir dan ada petugas yang menjaga.
Nah itu dia Lur, pemaparan tentang perbedaan Keraton Solo dan Puro Mangkunegaran. Jangan lupa berlibur ke sana ya, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka didetikcom.
(apl/ahr)