Profil Ki Hajar Dewantara: Pahlawan Pendidikan di Indonesia

Profil Ki Hajar Dewantara: Pahlawan Pendidikan di Indonesia

Noris Roby Setiyawan - detikJateng
Selasa, 02 Mei 2023 11:48 WIB
Profil Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Hari lahirnya dijadikan sebagai peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei.
Profil Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Hari lahirnya dijadikan sebagai peringatan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei. Foto: Mindra Purnomo.
Solo -

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh penting bagi pendidikan di Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasanya, maka tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Meskipun demikian, ternyata tidak sedikit masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui mengenai profil dari Ki Hajar Dewantara. Padahal beliau merupakan tokoh penting bagi pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu tidak ada salahnya bagi kita untuk mengetahui dan mengerti mengenai profil Ki Hajar Dewantara.

Lantas seperti apa profil Ki Hajar Dewantara? Berikut profil Ki Hajar Dewantara, dikutip detikJateng dari laman resmi SMP Negeri 1 Sungai Kanan, Selasa (2/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profil Ki Hajar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau Ki Hajar Dewantara lahir di Jogja tanggal 2 Mei 1889. Ia merupakan keturunan keraton Jogja. Ketika usianya beranjak 40 tahun dalam hitungan Tahun Caka, ia memutuskan untuk meninggalkan gelar bangsawannya dan mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Hal ini beliau lakukan supaya dapat lebih dekat dengan masyarakat baik dari fisik maupun hati.

Pendidikan

Perjalanan kehidupan Ki Hajar Dewantara dipenuhi dengan rintangan dan pengabdian terhadap bangsa dan negara. Ia menuntaskan pendidikan Sekolah Dasar di ELS, kemudian melanjutkannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), namun tidak sampai tamat karena sakit.

ADVERTISEMENT

Perjalanan Karier

Semasa hidupnya Ki Hajar Dewantara merupakan penulis yang sangat ulung, ia bekerja sebagai wartawan atau jurnalis di sejumlah surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Karya-karya tulisan yang dihasilkan olehnya sangatlah komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi para pembaca.

Mendirikan Indische Partij

Selain aktif dalam menulis di surat kabar, Ki Hajar Dewantara turut berperan dalam kegiatan organisasi sosial dan politik dengan bergabung gerakan Boedi Oetomo. Selanjutnya, bersama Dr. Danudirdja Setyabudi atau Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij pada 25 Desember 1912. Sekaligus menempatkan Indische Partij sebagai partai politik pertama beraliran nasionalisme Indonesia.

Namun, Indische Partij ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda ketika melakukan pendaftaran sebagai organisasi berstatus badan hukum. Hal ini dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda karena menganggap Indische Partij sebagai organisasi yang dapat membangkitkan nasionalisme rakyat Indonesia guna menggerakkan kesatuan untuk melawan pemerintahan Belanda.

Setelah mengalami penolakan itu, Ki Hajar Dewantara aktif melakukan kritikan terhadap pemerintahan Belanda. Salah satunya ketika perayaan seratus tahun Belanda terbebas dari penjajahan Perancis dengan menarik uang dari rakyat dari negara jajahan untuk merayakan peringatan tersebut.

Menjalani Hukum Buang

Kala itu Ki Hajar Dewantara mengkritik melalui dua tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een Voor Allen Maar Ook Allen Voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Akibat dari tulisan itu, Pemerintah Kolonial Belanda melalui Gubernur Idenburg menjatuhkan hukuman buang ke Pulau Bangka terhadap Ki Hajar Dewantara.

Melihat perlakuan tidak adil terhadap rekannya, kemudian Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangoekoesomo membuat tulisan yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bentuk hasutan terhadap rakyat untuk memberontak terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda. Hal itu membuat keduannya turut diasingkan ke Kupang dan Pulau Banda.

Namun, mereka menolak dan memilih untuk diasingkan ke Belanda. Akhirnya mereka diizinkan untuk ke Belanda sebagai pelaksanaan terhadap hukuman, hal itu dimanfaatkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk mempelajari permasalahan pendidikan dan pengajaran hingga ia memperoleh Europeesche Akte.

Mendirikan Taman Siswa

Seusai menjalani hukuman tersebut, kemudian pada tahun 1918 mereka kembali ke tanah air. Tak berselang lama dari itu Ki Hajar Dewantara bersama sejumlah rekannya mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa sebagai perguruan tinggi bercorak nasional pada 3 Juli 1922.

Bukan hal yang mudah bagi Ki Hajar Dewantara untuk mempertahankan Taman Siswa, karena pemerintah kolonial Belanda terus berupaya untuk menghalanginya seperti dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada tahun 1932. Kemudian atas perjuangan dan kegigihannya akhirnya peraturan tersebut berhasil dicabut. Perjuangan Ki Hajar Dewantara terus berlanjut hingga masa penjajahan Jepang.

Menteri Pendidikan Pertama

Kemudian di era kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran,dan Kebudayaan pertama di Indonesia.

Kepergian Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada 28 April 1959. Setelah kepergiannya, namanya selalu dikenang oleh bangsa Indonesia sebagai bapak pendidikan. Bahkan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara dijadikan sebagai hari pendidikan nasional.

Demikian penjelasan mengenai profil Ki Hajar Dewantara. Semoga bermanfaat ya, Lur!



Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(apl/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads