Bulan suci Ramadhan telah berada di penghujung bulan. Tidak lama lagi umat Islam akan merayakan hari raya Idul Fitri sebagai bentuk perayaan terhadap kemenangan dalam menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari raya umat Islam yang diperingati setiap tahun pada tanggal satu Syawal. Berikut ini penjelasan mengenai sejarah dan makna Idul Fitri, dilansir detikJateng dari NU Online, Rabu (12/4/2023).
Sejarah Awal Mula Idul Fitri
Dua kejadian besar yang terjadi di masa lalu tidak bisa dilepaskan dari sejarah hari raya Idul Fitri. kejadian tersebut adalah perang Badar dan hari raya kaum Arab jahiliyah. Pertama, hari raya Idul Fitri mulai dilakukan pada tahun ke-2 hijriah. Kala itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslim dalam perang Badar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan dalam perang Badar inilah dibalik perayaan Idul Fitri terdapat kisah perjuangan para sahabat dalam meraih kemenangan dan menjayakan Islam.
Baca juga: Hukum Bagi Orang yang Tidak Membayar Fidyah |
Seusai berhasil memenangkan peperangan itu, secara tidak langsung umat Islam merayakan dua kemenangan secara bersamaan, yaitu kemenangan atas dirinya sendiri dalam menunaikan ibadah di bulan Ramadhan dan kemenangan ketika perang Badar.
Kedua, sebelum Islam hadir, kaum Arab Jahiliyah memiliki dua hari raya yang dirayakan dengan begitu meriah. Selama dua hari itu kaum Arab Jahiliyah akan berpesta pora.
Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy'ari dalam kitabnya Risalah Fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari tersebut digunakan oleh kaum Arab Jahiliyah untuk berpesta pora, mabuk-mabukan, dan menari. Kedua hari itu disebut dengan Nairuz dan Marjaan.
Kemudian setelah Rasulullah SAW memperoleh wahyu mengenai kewajiban puasa Ramadhan, akhirnya kedua hari itu diganti menjadi hari yang lebih baik dengan perayaan yang baik pula, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (HR Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Selain itu, Rasulullah SAW memberikan peringatan untuk tidak meniru perilaku dari kaum Arab Jahiliyah dengan menjalankan dua hari besar mereka yaitu hari Nairuz dan Mihrajan. Sebagaimana sabdanya sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : مَنْ بَنَى فِى بِلاَدِ الأَعَاجِمِ فَصَنَعَ نَوْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ كَذَلِكَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda: Barang siapa membangun negeri kaum ajam (selain Arab), kemudian meramaikan hari-hari Nairuz dan Mihrajan mereka, serta meniru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat. (Imam al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, juz 9, halaman: 234)
Makna Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri tidak sebatas sebagai peristiwa seremonial atas kemenangan menahan rasa lapar dan dahaga kala menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Namun, lebih dari itu, karena pada hari raya Idul Fitri Allah SWT akan menjanjikan ampunan terhadap hambanya yang menunaikan ibadah sholat sunnah Idul Fitri.
Lantas apa makna dari Idul Fitri? Dalam sebuah kitab berjudul Hasiyah al-Bujairami alal Khatib karya Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairomi menjelaskan bahwa dalam memaknai esensi hari raya tidak semata mengenai pakaian baru atau sesuatu serba baru, meskipun dianjurkan untuk mengenakannya. Namun, bukan itulah esensi dan makna sebenarnya mengenai Idul Fitri.
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syekh Sulaiman sebagai berikut ini :
فائدة: جعل اللّه للمؤمنين في الدنيا ثلاثة أيام: عيد الجمعة والفطر والأضحى، وكلها بعد إكمال العبادة وطاعتهم. وليس العيد لمن لبس الجديد بل هو لمن طاعته تزيد، ولا لمن تجمل باللبس والركوب بل لمن غفرت له الذنوب.
Artinya: Faidah: Allah SWT menjadikan tiga hari raya di dunia untuk orang-orang yang beriman, yaitu, hari raya Jumat, hari raya fitri, dan Idul Adha. Semua itu, (dianggap hari raya) setelah sempurnanya ibadah dan ketaatannya. Dan Idul Fitri bukanlah bagi orang yang menggunakan pakaian baru. Namun, bagi orang yang ketaatannya bertambah. Idul Fitri bukanlah bagi orang yang berpenampilan dengan pakaian dan kendaraan. Namun, Idul Fitri hanyalah bagi orang yang dosa-dosanya diampuni. (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasiyah al-Bujairami alal Khatib, juz 5, halaman: 412)
Berdasarkan penjelasan dari Syekh Sulaiman maka dapat disimpulkan bahwa momen Idul Fitri tidak semata pakaian baru, namun kondisi dimana ketaatan seseorang turut bertambah. Selain itu juga bukan perihal apapun yang baru, melainkan terampuninya dosa-dosa. Meskipun demikian tidak disalahkan untuk mengenakan pakaian baru karena merupakan simbol bersih dan syiar Islam.
Demikian penjelasan mengenai sejarah dan makna Idul Fitri. Semoga bermanfaat ya, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(ahr/sip)