Contoh teks ceramah Ramadhan dapat digunakan sebagai referensi ceramah saat sholat tarawih pertama. Berikut ini contoh teks ceramah Ramadhan tentang rahmat di bulan Ramadhan.
Dalam hitungan hari, umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan. Pada bulan suci ini, umat Islam wajib menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh.
Bulan Ramadhan juga diyakini sebagai bulan yang penuh keberkahan dan ampunan. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits yang berbunyi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, niscaya diampuni baginya semua dosanya yang terdahulu." (HR Bukhari)
Bulan Ramadhan juga dipercaya membawa rahmat dan kesejahteraan bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada tanggal 22-23 Maret 2023, umat Islam di Indonesia akan melaksanakan ibadah puasa pertama di bulan suci Ramadhan.
Berkaitan dengan hal tersebut, penting bagi umat Islam yang bertugas menyampaikan ceramah mempersiapkan diri dengan menyusun teks ceramah Ramadhan. Berikut ini contoh teks ceramah Ramadhan mengenai rahmat di bulan Ramadhan yang dikutip detikJateng dari laman resmi NU, Rabu (22/3/2023).
Contoh Teks Ceramah Ramadhan
Assalamualaikum Wr. Wb.
Para jamaah yang berbahagia.
Sebagai bulan paling istimewa bagi umat Muslim, Ramadhan memiliki sejumlah keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan pada umumnya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita yang masih diberi nikmat umur panjang dan kesehatan untuk berjumpa bulan idaman ini, menyia-nyiakan begitu saja segala fadhilah yang terdapat di dalamnya.
Untuk meraih macam ragam keutamaan Ramadhan, umat Muslim pun berlomba melaksanakan anjuran-anjuran ibadah di dalamnya, mulai dari shalat tarawih yang terlihat padat di mushola dan masjid-masjid, tadarus Al-Qur'an yang terdengar syiar di hampir setiap sudut kota dan desa, sedekah takjil yang biasanya banyak dijumpai di masjid-masjid pinggir jalan, dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan untuk meraih keutamaan bulan suci ini.
Termasuk keutamaan itu, adalah tiga kado istimewa bulan suci Ramadhan, yaitu rahmat (kasih sayang Allah), ampunan (maghfirah), dan masuk ke surga-Nya (terbebas dari api neraka), Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya:
أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Artinya: "Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka." (Ibnu Khuzaimah)
Memang, kualitas hadits di atas dhaif (lemah) sebagaimana dijelaskan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, Jami'ul Ahadits. Sebab, hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam kitab Sahih-nya dan bersumber dari Ali ibn Zaid ibn Jad'an yang divonis oleh para ulama sebagai orang yang dhaif. Sementara orang yang meriwayatkan hadits tersebut dari Ali ibn Zaid adalah Yusuf bin Ziyad yang divonis dhaif parah (dhaif jiddan). (Imam Suyuthi, Jami'ul Ahadits, t.t. juz 23, h. 176)
Meski demikian, hadits dhaif yang menjelaskan fadha'ilul a'mal (keutamaan amal ibadah) seperti keutamaan bulan puasa di atas, para ulama membolehkan untuk disampaikan ke publik dan diamalkan, selagi tidak berkaitan tentang akidah seperti menjelaskan keesaan Allah atau tentang hukum syariat seperti hukum shalat, puasa, dan lain sebagainya.
Para jamaah yang dimuliakan Allah,
Mendapat rahmat atau kasih sayang Allah merupakan sesuatu yang sangat penting dan sebisa mungkin seorang Muslim meraihnya. Sebab, peran rahmat Allah sangat besar bagi seorang hamba di akhirat kelak. Bisa jadi seseorang merupakan hamba yang taat, rajin ibadah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika tidak mendapat rahmat Allah dan ibadahnya tidak diterima, na'udzubillah, amalnya hanya sia-sia.
Berkaitan dengan ini, penting untuk kita simak kisah seorang hamba taat yang beribadah selama 500 tahun, tapi ia masuk surga bukan karena ibadahnya, melainkan karena rahmat Allah. Kisah ini diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya.
Pada waktu itu, Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi Muhammad SAW, "Hai, Muhammad! Demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung."
Singkat cerita, hamba orang itu memohon kepada Allah mencabut kepada Allah mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, "Hamba-KU, engkau Ku masukkan ke surga berkat Rahmat-Ku!"
Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya selama ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah dihitung, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukan dia ke neraka.
Sebelum dimasukkan ke neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan yang bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h. 63)
Kisah tersebut juga dipertegas hadits yang diriwayatkan oleh al-Hasan dan dicatat oleh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin disebutkan:
دَلَاءُ أُمَّتِي لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِكَثْرَةِ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ، وَلَكِنْ يَرْحَمُهُمُ اللَّهُ تَعَالَى بِسَلَامَةِ الصُّدُورِ، وَسَخَاوَةِ النَّفْسِ، وَالرَّحْمَةِ لِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: "Para wali abdal dari umatku tidak masuk surga karena banyaknya shalat dan puasa, melainkan karena Allah merahmati mereka sebab hati yang bersih, jiwa yang dermawan, dan menyayangi setiap Muslim." (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, 2016: h. 63)
Demikianlah pentingnya kita memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk meraih rahmat Allah. Namun bukan berarti kita menomorduakan ibadah dengan alasan lebih utama mencari rahmat. Justru dengan ibadah itulah kita menunjukkan ketaatan kepada Allah sehingga menjadi faktor memperoleh rahmat.
Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Wallahu a'lam.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Itulah contoh teks ceramah Ramadhan yang bisa dijadikan sebagai referensi ceramah sholat tarawih pertama. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/rih)