Senam dengan cara menghentakkan perut dan tubuh viral di TikTok. Sebagian orang meyakini olahraga itu dapat menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Begini penjelasan dokter spesialis kesehatan olahraga di RS Columbia Asia dan Klinik Welspro, dr Andhika Raspati, SpKO.
Senam itu memang memperoleh respons positif dari para netizen karena disebut efektif menurunkan berat badan. Namun, menurut dr Andhika, senam perut itu juga mengandung risiko bagi penderita gangguan tulang belakang dan pinggul.
"Di situ kan banyak hentakan, banyak gerakan di daerah pinggul yang menghentak-hentak, ini mungkin kurang cocok untuk orang yang punya masalah di daerah pinggang atau pinggul. Misalnya ada gangguan tulang belakang atau saraf pinggang, itu mungkin bisa menjadi masalah," kata dr Andhika seperti dikutip dari detikHealth, Jumat (10/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andhika mengatakan banyak melakukan hentakan akan menimbulkan rasa nyeri apabila ada kelemahan otot atau tulang belakang yang tidak stabil.
"Meskipun sekarang tidak ada keluhan, tapi kalau ada kelemahan otot atau ketidakstabilan tulang belakang yang tidak bergejala. Nah, ini takutnya kalau dia terlalu banyak menghentak, terutama awal-awal, dia bisa merasa nyeri," jelasnya.
Andhika menyarankan untuk melakukan olahraga lain yang lebih aman seperti jalan pagi, jalan cepat, atau bersepeda santai.
"Kalau saran saya sih olahraga nggak perlu se-menghentak itu sebenarnya. Apalagi kalau kita baru mulai berolahraga, bisa dicari cara yang lebih aman. Kalau untuk pemula, bisa ambil yang simpel dan tidak banyak hentakan," ujarnya.
Dengan olahraga yang sederhana dan tidak banyak hentakan, risiko keluhan akibat berolahraga akan turut berkurang.
"Atau kalau mau yang seru-seruan di kelas, ya banyak senam-senam aerobik yang tidak terlalu menghentak seperti itu. Jadi dipilih yang low impact aerobic exercise juga banyak, manfaatnya juga bagus tanpa harus banyak hentakan seperti itu," pungkas Andhika.
Artikel ini sudah tayang di detikHealth dan ditulis ulang oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dil/ams)