25 Km Tanggul Sungai Pemali-Juwana Kritis, Terparah di Kudus dan Pati

25 Km Tanggul Sungai Pemali-Juwana Kritis, Terparah di Kudus dan Pati

Afzal Nur Iman - detikJateng
Rabu, 08 Mar 2023 17:12 WIB
Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana tengah membangun prasarana pengendali banjir di sejumlah Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah.
Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana tengah membangun prasarana pengendali banjir di sejumlah Daerah Aliran Sungai di Jawa Tengah. Foto: Dok. Kementerian PUPR
Semarang -

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana Adek Rizaldi mengatakan total panjang tanggul kritis di wilayah kerjanya mencapai 25 kilometer. Tanggul kritis terparah ada di Kabupaten Kudus dan Pati.

"Misalnya ada tanggul yang semula puncaknya 4 meter sekarang menjadi 2 meter atau 3 meter, itu yang dikatakan kritis. Itu tidak jebol, tetapi mengkhawatirkan kalau jebol," kata Adek saat ditemui di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Rabu (8/3/2023).

BBWS Pemali-Juwana yang memiliki wilayah di 13 kabupaten/kota di Jateng ini menghitung akumulasi tanggul kritis sepanjang 47 kilometer. Namun sebagian tanggul itu sudah mendapat penanganan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari tahun lalu akumulasi sampai tahun ini total kita temukan yang kritis 47 kilometer dari 7.383 kilometer sungai. Dari 47 km yang kritis, yang kita tangani 21,6 km. Sisamya 25,4 km belum kita tangani," ungkap Adek.

Dia tak memberi rincian lokasi tanggul kritis tersebut. Menurutnya, tanggul kritis itu terbanyak berada di Kudus dsn Pati. Dia memastikan penanganan tanggul kritis juga akan dilakukan tahun ini.

ADVERTISEMENT

"Ini tersebar di 13 kabupaten/kota yang menjadi wilayah kerja kami. Yang terparah di Kudus ada, di Pati," lanjutnya.

Adek menyebut permasalahan utama penanganan sungai di Jateng adalah sedimentasi dan perubahan iklim. Dia menjelaskan kedua hal itu bisa mengakibatkan banjir.

"Misalnya selama ini curah hujannya 100 mm itu turun dalam satu minggu, sedangkan itu turun dalam satu hari tetapi volumenya tetap, tapi turunnya satu hari. Kita bisa bayangkan, yang harusnya turun bertahap, pelan-pelan selama seminggu, ini turunnya sehari," jelasnya.

Soal sedimentasi, Adek mengatakan hal itu berdampak pada sungai-sungai yang makin sempit atau semakin kecil. Sehingga sungai tidak mampu lagi menampung air melimpah dalam waktu singkat.

"Di satu sisi intensitas curah hujan turun dalam waktu singkat, kemudian kapasitas tampung sungai tidak memenuhi. Sehingga berdampak pada tanggul sungai jebol kalau tidak kuat. Kedua, sungai meluap dan menyebabkan banjir," paparnya.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads