Pemprov Jateng: Banjir di Semarang Dipicu Masalah Tata Ruang

Pemprov Jateng: Banjir di Semarang Dipicu Masalah Tata Ruang

Afzal Nur Iman - detikJateng
Selasa, 21 Feb 2023 14:45 WIB
Banjir kembali terjadi di Perumahan Dinar Indah Semarang, Senin (20/2/2023).
Banjir kembali terjadi di Perumahan Dinar Indah Semarang, Senin (20/2/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) menyebut banjir di Semarang dipicu permasalahan tata ruang. Semua pihak diminta mematuhi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Hal itu disampaikan Sekda Jateng, Sumarno usai rapat lintas sektor Pemprov Jateng terkait upaya penanggulangan bencana banjir di Semarang, di antaranya banjir di perumahan yang ada di aliran Sungai Babon atau Sungai Mluweh.

"Kami tadi minta identifikasi sebetulnya problemnya seperti apa sih, Kabupaten Semarang dan kami minta untuk, trouble-trouble ini kan biasanya berawal dari ketidakpatuhan dari masalah RTRW, masalah tata ruang," kata Sumarno di Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (21/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam rapat itu hadir pihak Pemkot Semarang, Pemkab Semarang, dan BBWS Pemali Juana. Kepada yang hadir, Sumarno meminta untuk taat kepada tata ruang khususnya menjaga daerah aliran sungai (DAS).

"Ini kebetulan Kabupaten Semarang masih revisi ya untuk tata ruang, tapi kami berpesan untuk ketaatan untuk masalah tata ruang. Memang pembangunan ini harus berjalan tapi harus sesuai dengan tata ruang, karena tata ruang ini kalau tidak kita patuhi pasti berdampak ke masalah-masalah lingkungan," jelasnya.

ADVERTISEMENT
Sekda Jateng Sumarno usai rapat penanganan banjir di Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (21/2/2023).Sekda Jateng Sumarno usai rapat penanganan banjir di Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Selasa (21/2/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Kota Semarang juga diminta membuat asesmen terhadap perumahan-perumahan yang berdiri di sepadan sungai. Termasuk yang ada di Kelurahan Meteseh dan Kelurahan Rowosari yang sering kebanjiran.

"Perumahan di pinggir-pinggir sungai itu sebetulnya menyalahi tata ruang atau tidak, karena itu kan daerah sepadan sungai itu kan itu juga yang perlu kita asesmen bareng-bareng," ujarnya.

Halaman selanjutnya, Rencana Penanganan Banjir.

Rencana Penanganan Banjir

Dalam pertemuan itu juga dibahas terkait rencana pembangunan bendungan dan kolam retensi di perbatasan Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. Menurut Sumarno, penanganan wilayah hulu sungai masih minim.

"Terinformasi untuk penanganan di hulu belum ada sehingga kami minta untuk bisa merencanakan untuk penanganan di hulu tadi juga sudah ada rencana untuk pembangunan bendungan di Sungai Gede, juga kolam retensi di (Sungai) Mluweh ini harus kita dorong," jelasnya.

Sementara ini, di sekitar Perumahan Dinar Indah juga tengah dibuat tanggul-tanggul darurat untuk mengantisipasi banjir. Rencananya Pemkot Semarang akan merelokasi korban banjir ke rumah susun.

"Kalau memang perlu relokasi bahasanya, Kota Semarang kita minta untuk mencari lahan, kalau pendanaan, kalau kita membangun rumah susun kan kita bisa minta dari Kementerian PUPR tapi yang penting Kota Semarang harus sudah menyediakan lahannya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads