Ketum PP Muhammadiyah: Selamat 1 Abad NU, Jadi Pilar Keutuhan Bangsa

Ketum PP Muhammadiyah: Selamat 1 Abad NU, Jadi Pilar Keutuhan Bangsa

Adji G Rinepta - detikJateng
Senin, 06 Feb 2023 14:42 WIB
Profil Haedar Nashir Ketum Muhammadiyah
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Yogyakarta -

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan ucapan selamat kepada Nahdlatul Ulama (NU) yang memperingati hari lahir ke-100 tahun atau satu abad. Muhammadiyah berharap NU selalu menjadi pilar keutuhan bangsa.

"Pertama tentu kami ucapkan selamat satu abad NU, semoga NU semakin besar semakin kuat sebagaimana temanya (tema harlah, red)," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nasir saat ditemui wartawan di Kantor PP Muhammadiyah, Jogja, Senin (6/2/2023).

"Sekaligus menjadikan NU lekat istilahnya teman-teman NU ukhuah sama-sama umat Islam dengan sesama umat beragama, dengan seluruh warga bangsa dan kekuatan bangsa membangun Indonesia dengan keragaman kita jalan yang ditempuh," lanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haedar juga mengapresiasi kemajuan dan peran NU yang sudah dicapainya. Menurut Haedar, Muhammadiyah dan NU dapat menjadi pilar penjaga keutuhan dalam menghadapi tahun politik 2024.

"Kami berharap jelang 2024, NU, Muhammadiyah, dan komponen bangsa yang menjadi pilar kekuatan dari masyarakat madaniah (madani) jadi pilar kokoh penjaga keutuhan dan kesatuan bangsa di tengah keragaman pilihan politik, mari kita bangun kedewasaan berbangsa dan bernegara dan sekaligus NU bersama seluruh kekuatan bangsa," ujar Haedar.

ADVERTISEMENT

"NU Muhammadiyah dan komponen bangsa masyarakat madaniah akan jadi partner negara sebagaimana dicita-citakan pendiri bangsa," imbuhnya.

NU dan Muhammadiyah, menurut Haedar, sudah sejak lama bisa berjalan berdampingan dengan kekhasan masing-masing. Haedar menganggap perbedaan antara keduanya adalah hal wajar di dalam hubungan keluarga.

"Ada perbedaan dengan karakter masing-masing, ada dinamika hubungan yang itu wajar dalam hubungan keluarga besar. Telah membangun bangsa ini dengan pendidikan dengan spesifikasi yang berbeda. NU konsen di dunia pesantren Muhammadiyah pendidikan modern," jelas Haedar.

"Kemudian NU merawat tradisi, Muhammadiyah mentransformasi tradisi. Sebenarnya soal fokus saja keduanya menghargai tradisi secara umum, lalu NU dengan Islam Nusantara Muhammadiyah dengan Islam Berkemajuan," tutupnya.




(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads