Masjid Jami' Ash-Shiddiq di Demak dibangun menggunakan batu bata kuno. Masjid tersebut masih berdiri kokoh, begini sejarah masjid itu.
"Dulunya itu ini peninggalannya Kiai Uzair bin Shiddiq. Dulu peninggalannya dia, lalu dikelola anaknya Kiai Abdullah Zaini, karena dia menikah dengan orang Rembang terus ditarik ke sana. Di sini dikelola oleh ponakannya, namanya Kiai Mashud," kata Takmir Masjid Ash-Shiddiq, Kiai Mustaqim (72) saat ditemui, Kamis (26/1/2023).
Namun Kiai Mashud tidak memiliki uang ketika masjid butuh renovasi. Ia lalu berdoa dan beberapa waktu kemudian ada temuan batu bata kuno itu di area persawahan desa setempat.
"Kiai Mashud ditinggali masjid, mau bangun tidak ada uangnya. Keadaan masjid ini dulunya kayu semua, lantai kayu tiangnya kayu, lotengnya juga kayu. Terus dia istigasah pakai selawat nariyah. Terus kalau Jumat wage ke makamnya orang tuanya Kiai Abdullah Zaini tadi," ujarnya.
Mustaqim bercerita semula penemuan batu bata tersebut ditemukan oleh salah satu warga yang mendapatkan dua batu bata ukuran besar di sawah. Ukuran batu bata tersebut sekitar lebar 25 cm, panjang 50 cm, dan tebalnya dua kali lipat batu bata saat ini.
"Singkat cerita setelah istigasah dijalankan beberapa bulan, itu ada orang kampung sini ke sawah kondisi mendung. Menemukan batu bata itu besar sekali ukurannya. Ukurannya itu lebarnya satu kilan, panjangnya dua kilan, tebalnya dua kali lipat batu bata saat ini," ujarnya.
"Menemukan dua biji dibawa ke rumah dijemur depan rumah bilangnya mau dibuat pawon. Terus ramai-ramai orang tanya ada yang lain nggak? Terus berbondong-bondong ke sana, ada barang itu banyak tapi harus digali. Tidak terlalu dalam. Iya masih wilayah Jatirogo namanya sawah Blok Boto," sambungnya.
Menurutnya, penemuan batu bata itu diyakini jawaban dari Allah dari doa Kiai Mashud.
"Karena istigasah itu kemungkinan dikabulkan Tuhan Yang Mahaesa. Ketika itu ada uang untuk pembangunan masjid itu hanya cukup untuk beli pasir saja," tuturnya.
Ia menerangkan munculnya batu bata kuno tersebut menimbulkan keanehan demi keanehan. Warga bergotong royong berdiri berjajar sambung-menyambung memindahkan bata dari sawah sekitar 800 meter itu.
"Waktu itu pengusungan batu bata dari ke sawah ke sini itu tidak pakai alat. Orang itu tondan lari," ujarnya.
"Anehnya lagi saking senengnya ada yang dibawa pulang tanpa minta izin dari panitia. Sampai di rumahnya sana entah diimpikan apa atau apa terus dikembalikan lagi ke sini," lanjutnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/sip)