Kios-kios pedagang kaki lima (PKL) di Solo Safari atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) mulai dibongkar untuk penyelesaian revitalisasi tahap pertama. Pembongkaran kios ini mendapat penolakan dari para pedagang.
Salah satu pedagang, Surami (46) mengatakan masih ada barang-barang yang berada di dalam Solo Safari yang ia tinggal sejak 1 September 2022 atau sejak revitalisasi dimulai. Surami mengaku sudah 30 tahun berjualan baju bertulisan Jurug di sana.
"Mau lihat kondisi warung, masih ada barang-barang, baju Jurug, dagangan masih ada di sana tapi belum melihat lagi," katanya saat ditemui di bawah jembatan Jurug A, Jumat (6/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berharap masih tetap bisa berjualan di Solo Safari meski harus mendapatkan kios kecil.
"Kita juga mau ditata, dikasih tempat walaupun kecil gitu. Yang penting bisa di dalam," ujarnya.
Selama TSTJ direvitalisasi, Surami tidak berjualan lagi. Sebab dagangannya merupakan suvenir khas TSTJ.
"Lokasi pindahnya yang ditawarkan di Shelter Manahan dan Pasar Purwosari, Pucang Sawit. Sedangkan kita jualannya baju Jurug, ikon di Jurug, kalau jualan di luar Jurug mana laku," tuturnya.
Surami mengatakan dia masih punya stok baju Jurug dengan nilai total Rp 5 juta. Pada libur akhir tahun, jika bisa berjualan, dia biasanya mendapat penghasilan sekitar Rp 500 ribu.
Surami lalu memohon kemurahan hati Gibran Rakabuming Raka agar bisa tetap berjualan di TSTJ.
"Kita minta kemurahan hati Pak Gibran, mudah-mudahan memperhatikan nasib rakyat kecil kayak gini. Kita cuma mau jualan di Jurug untuk menyambung hidup dan biaya anak sekolah," kata warga Ngoresan, Jebres itu.
Sementara itu, Direktur Utama Solo Safari, Bimo Wahyu Widodo mengatakan hari ini batas waktu untuk pembongkaran. Sosialisasi sudah dilakukan sebelumnya.
"Ibaratnya gini, kalau dilihat beritanya proses ini tidak ujug-ujug (tiba-tiba). Sudah proses sejak lama, sosialisasi penempatannya di mana. Sosialisasi 6 kali, 3 kali nggak datang. Terakhir kita ngasih undangan nggak datang. Kita kasih surat edaran untuk ngangkut barang-barang nggak direspons," kata dia.
Karena surat edaran itu tak direspons, kata Bimo, Gibran memutuskan tetap mengosongkan lapak para PKL. Jumlah kios ada 183 dan yang dibongkar dari bagian dalam terlebih dahulu.
"Pedagang harus berkomunikasi dengan Dinas Perdagangan, ada beberapa lokasi seperti Shelter Manahan dan beberapa pasar sudah disiapkan alternatifnya," ucap Bimo.
(dil/ahr)