Adik kandung Wiji Thukul, Wahyu Susilo, mengungkapkan meski istri Wiji Thukul, Dyah Sujirah, telah tiada semangat mencari keadilan Wiji Thukul dan korban yang hilang tidak akan mati. Dirinya mengatakan akan banyak jalan untuk menegakkan keadilan.
"Mbak Pon sudah nggak ada, tapi semangat untuk mencari keadilan mencari kepastian Wiji Thukul dan korban-korban orang hilang itu akan tetap kita lanjutkan. Saya kira akan ada banyak jalan, misalnya pemerintah punya apa tim nonjudicial untuk penyelesaian HAM," katanya di rumah duka, Jumat (6/1/2023).
Dirinya mengatakan semangat juang Mbak Pon mencari keadilan akan dilanjutkan oleh kedua anaknya yakni Fitri Nganti Wani dan Fajar Merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Proses penegakan HAM ini sendiri saya kira Wani, Fajar, itu juga akan terus menyanyi, akan terus puisi, melanjutkan apa yang selama ini juga disuarakan Mbak Pon," ujarnya.
Wahyu mengatakan segala upaya telah dilakukan oleh mendiang kakak iparnya itu untuk mencari Wiji Thukul. Salah satunya, aktif di Ikatan Orang Hilang.
"Dirinya (Mbak Pon) yang mendorong Komnas HAM untuk menerbitkan korban pelanggaran HAM terutama untuk orang-orang yang hilang. Misalnya Fajar atau Wani kesulitan mengurus dokumen karena ketidakjelasan nasib ayahnya. Mbak Pon memperjuangkan adanya sertifikat atau surat keterangan korban pelanggaran HAM yang itu kemudian dikeluarkan oleh Komnas HAM," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, jenazah istri Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah atau Mbak Pon, dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Purwoloyo, Solo. Sebelum dimakamkan keluarga melakukan prosesi brobosan yang diikuti kedua anak, menantu, serta satu cucu.
Jenazah Mbak Pon diberangkatkan dari rumah duka di Kampung Kalangan, RT 01 RW 14, Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo, Jumat (6/1/2023). Jenazah kemudian dimakamkan di TPU Purwoloyo, Kelurahan Pucangsawit, Jebres, sekitar pukul 10.00 WIB.
Diketahui Mbak Pon meninggal pada Kamis (5/1) kemarin karena sakit.
(aku/sip)