Puluhan warga Kelurahan Trimulyo, Semarang, masih bertahan di pengungsian akibat banjir yang merendam rumah mereka selama lima hari. Para pengungsi pun mengeluhkan kedinginan dan berharap bantuan penghangat seperti selimut maupun minyak angin.
Di Kelurahan Trimulyo, ada tiga titik yang menjadi tempat pengungsian warga yakni di Masjid Baitul Mannan, SDN 2 Trimulyo, dan di Musala Trimulyo. Rata-rata keluhan warga di kelurahan itu adalah tidak adanya bantuan selain makanan dan minuman.
"Butuh selimut, butuh penghangat, minyak kayu putih, tolak angin," kata warga RT 3/RW 2 Kelurahan Trimulyo, Kiswanti (52), saat ditemui di Masjid Baitul Mannan, Semarang, Rabu (4/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat tidur Kiswanti selama lima hari ini berada di lantai dua masjid dan hanya beralas tikar masjid. Tak ada dinding di tempat itu sehingga angin langsung masuk.
"Dingin di sini, dinginnya masuk tulang," ujarnya.
Di dua pengungsian yang dikunjungi detikJateng yaitu Masjid Baitul Mannan dan di SDN 02 Trimulyo, pengungsi tak mengeluhkan bantuan makanan. Mereka mendapat makanan dan minuman dengan cukup.
Namun, hanya itu bantuan yang datang. Padahal mereka juga membutuhkan pakaian, selimut, susu anak, dan pampers. Di Masjid Baitul Mannan ada sekitar 10 anak yang mengungsi, dan kini tinggal 3 anak serta 1 balita.
"Banyuannyar nggak ada susu, nggak ada pampers, harus ke luar, cuma makan-makan gini, nasi, ada," katanya.
Untuk mendapat kebutuhan anak, warga harus pergi ke Pasar Genuk yang jaraknya sekitar 500 meter. Kiswanti pun menyebut sampai hari ketiga banjir, jalan itu tak bisa dilewati oleh truk.
Tak hanya itu, pengungsi juga harus ke luar lokasi banjir ketika harus sekadar mengecas ponsel dan pergi ke toilet. Sampai hari ketiga, septic tank di masjid maupun di sekolah itu terendam dan tak bisa digunakan.
Sore tadi ada empat pengungsi di SDN 02 Trimulyo dan belasan warga di Masjid Baitul Mannan. Kebanyakan warga masih harus bekerja dan mengecas ponsel di rumah kerabatnya sebab listrik masih padam.
"Malam kumpul, yang kerja-kerja sudah pulang," kata Kiswanti.
Kiswanti menyebut bahwa sebenarnya masih ada warga lain yang mengungsi di rumah tetangganya yang lebih tinggi. Warga itu disebut tak mau mengungsi di Kantor Kecamatan Genuk karena jaraknya yang cukup jauh.
Dilihat dari aplikasi Google Maps, jarak antara Masjid Baitul Mannan dan kantor kecamatan berkisar 2,2 kilometer.
(ams/apl)