Sebuah dusun di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, kini telah dihapus dari administrasi Desa Jatisari. Pasalnya, dusun itu sudah kehilangan semua penduduknya sejak puluhan tahun silam.
Bukan hanya penduduk, kini juga nyaris tidak ditemukan sebuah bangunan pun di lokasi bekas Dusun Singget itu. Kini di lokasi tersebut hanya bisa ditemukan areal persawahan dan pepohonan.
Namun, di sela-sela pepohonan tersebut, terdapat deretan makam dan sebuah pendopo. Kondisi makam dan pendopo itu masih cukup terawat.
Ada beberapa batu nisan di pemakaman itu. Tiga di antaranya terlihat cukup bagus dan lebih istimewa dibanding nisan-nisan lain.
Berdasarkan nama yang tertulis, makam yang berada di tengah adalah makam Syeikh Syarifuddin, lalu sebelah barat Syeikh Mashirun atau Mbah Sayyidun, dan sebelah timur Nyai Raden Ayu Herjuminten.
Sedangkan di pendopo yang ada di dekat makam, terdapat gambar silsilah mengenai tokoh-tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut. Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa Nyai Raden Ayu Herjuminten merupakan putri dari Pangeran Diponegoro.
Hal itu juga dibenarkan oleh tokoh masyarakat setempat, Imam Syafii (65). Dia mengatakan Heruminten memang merupakan putri dari pahlawan tersebut.
"Yang saya tahu Syekh Mashirun yang merupakan keturunan dari Syekh Jangkung menikah dengan putri Diponegoro, Raden Ayu Herjuminten," kata Syafii, Jumat (30/12/2022).
Menurut Syafii, RA Herjuminten tinggal di dusun tersebut setelah menikah dengan Syekh Mahsirun. Setelah wafat, keduanya juga dimakamkan di dusun itu.
Makam pasangan tersebut mengapit makam Syekh Sarifuddin atau yang juga dikenal dengan sebutan Syekh Jangkung, seorang ulama terkenal di daerah Pati dan sekitar Gunung Muria.
Hingga kini masih banyak orang yang berziarah di makam tersebut. Lantaran sudah tidak ada dusun lagi, warga Desa Jatisari akhirnya membangun pendopo itu untuk digunakan istirahat para peziarah.
"Sekarang mulai dibangun, biar desa sini ada peninggalan orang-orang yang alim, soleh baik semua. Mudah-mudahan permintaan saya, arwah orang soleh membuka berkahnya untuk satu Desa Jatisari umumnya semua orang yang mau ziarah ke sini," ungkap dia.
Saat ini, makam dan pendopo itu menjadi satu-satunya lahan di bekas Dusun Singget yang saat ini sudah hilang itu.
Selengkapnya baca halaman berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awalnya, Dusun Singget juga dihuni penduduk seperti dusun-dusun lain di desa itu. Ada 10 keluarga yang menghuninya. Namun, sejak puluhan tahun lalu, penduduk di dusun itu habis.
Penyebab pasti habisnya penduduk juga masih misteri. Saat itu hanya tinggal dua keluarga yang tersisa yang pada akhirnya memilih pergi meninggalkan dusun itu.
"Kemungkinan penyakit, akhirnya warga yang terus masih hidup pindah," kata Syafii.
Dia mengaku tidak ingat secara pasti kapan peristiwa itu terjadi. Sebab, saat itu Syafii masih usia kanak-kanak.
"Saya juga belum mengetahui, (waktu itu) masih kecil," katanya.