Relawan donor darah dan Pegawai PMI Kota Semarang membuat surat pernyataan sikap yang mengeluhkan sikap pimpinan PMI Kota Semarang. Mereka keberatan dengan perlakuan oknum petinggi PMI Kota Semarang dan beberapa kebijakan lembaga itu.
detikJateng mendapatkan salinan dua surat tersebut. Surat pertama dibuat oleh komunitas, koordinator dan sukarelawan donor darah PMI Kota Semarang. Mereka mempertanyakan fasilitas yang diberikan untuk pendonor darah sedikit demi sedikit dihilangkan.
Fasilitas pemeriksaan kesehatan saat ini juga dikurangi. Kemudian penggantian sertifikat pendonor darah dengan e-sertifikat yang dikirim via WA juga dipertanyakan oleh para relawan.
Salah satu relawan yang ikut tanda tangan dalam pernyataan tersebut, Wisnu mengatakan dirinya kecewa dengan kepemimpinan PMI Kota Semarang saat ini.
Ia menjelaskan hal lain yang dihilangkan adalah gathering yang biasanya dilakukan setahun sekali dengan mengundang perwakilan relawan ditiadakan. Namun malah dilaksanakan acara yang mendatangkan artis ibu kota.
"Intinya pas acara PMI mendatangkan Yuni Shara. Sedangkan kaos, kalender dan lain-lain untuk pendonor dihilangkan," ujar Wisnu saat dihubungi detikJateng, Minggu (25/12/2022).
Wisnu yang sudah melakukan donor darah 153 kali sejak 1986 itu mengaku pimpinan PMI Kota Semarang arogan dan cara berkomunikasinya buruk. Saat relawan dan pihak PMI Kota Semarang bertemu, pimpinan justru mengucapkan kata-kata yang dianggapnya arogan.
"Ketua PMI yang baru agak arogan," tegas Wisnu.
Mereka menuntut Ketua PMI Kota Semarang untuk meminta maaf dan mengundurkan diri. Fasilitas untuk pendonor darah juga diminta dikembalikan. Wisnu khawatir arogansi itu merenggangkan hubungan dengan pegawai PMI yang sudah terjalin lama.
"Reaksi dari teman-teman yang merasa dikecewakan, dicederai akibat dari statemen ketua, ini yang bisa mengganggu keharmonisan hubungan DDS (donor darah sukarela) dengan PMI," ujarnya.
Sementara itu karyawan PMI Kota Semarang juga membuat surat pernyataan yang meminta Ketua dan Sekretaris PMI Kota Semarang untuk mundur. Selain itu para pegawai meminta kebijakan diambil dari regulasi yang ada.
Dalam surat yang diperoleh detikJateng itu disebutkan bahwa penyebab munculnya pernyataan sikap cukup banyak yaitu mulai dari kebijakan yang tidak relevan, ancaman terhadap pegawai, beban kerja berlebih, penyalahgunaan wewenang hingga pelecehan verbal.
Melalui surat tersebut mereka juga meminta agar pimpinan PMI Kota Semarang mundur.
Terkait sikap para relawan dan karyawan tersebut, detikJateng mencoba menghubungi Humas PMI Kota Semarang, Puji. Namun hingga malam ini upaya konfirmasi belum direspons.
(ahr/ahr)