Kepolisian Daerah Jawa Tengah, mengerahkan 11.817 personel untuk mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru. Salah satu yang diantisipasi adalah aksi teror.
"Sebelas ribu lebih personel kita kerahkan ada penguatan dari TNI 1.540 personel," kata Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi di sela apel Operasi Lilin Candi 2022 di Mapolda Jateng, Kamis (22/12/2022).
Ia menjelaskan operasi dilakukan mulia hari ini hingga 2 Januari 2022 dengan total personel yang terlibat 18.165 personel gabungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luthfi juga sempat menyebutkan saat pembacaan amanat Kapolri soal antisipasi teror. Personel diminta deteksi dini sehingga peristiwa di Polsek Astana Anyar tidak terulang.
Dia juga menegaskan koordinasi sudah dilakukan dengan pihak terkait dan sudah langkah yang dilakukan. Luthfi menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir saat ibadah Natal dan pergantian tahun baru.
"Sudah koordinasi dengan Densus, penanganan teror. Polda Jateng berikan jaminan keamanan dan kenyamanan yang melaksanakan mudik maupun ibadah Natal dan Tahun Baru," tegasnya.
Pengamanan di 2.263 gereja se-Jawa Tengah dilakukan untuk menjamin keamanan beribadah. Ia juga menjelaskan ada 283 pos pengamanan, pos pelayanan, dan pos terpadu.
"Gereja semua prioritas. Kalau satu, dua, tiga itu sesuai jemaah. Para kapolres bisa meng-grade," ujarnya.
Ia juga menegaskan pengamanan untuk arus lalu lintas dilakukan selama libur Nataru. Tim urai bermotor disiapkan jika ada simpul kemacetan. Personel disiagakan di Pantura, jalur tengah, dan Pansela.
"Jadi ada tim urai dari Ditlantas, Sabhara juga jadi tim urai. Efektif roda dua, termasuk Brimob juga," jelas Luthfi.
Diberitakan sebelumnya, Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Tengah Brigjen TNI Sulaiman mengungkap adanya potensi teror saat Nataru. Selain itu ada juga potensi gangguan kelompok tertentu.
"Potensi yang mengganggu, yang menjadi kekhawatiran kita bersama adalah kemungkinan teror dan yang kedua kemungkinan gangguan dari kelompok-kelompok yang mungkin dia ingin mengganggu kegiatan Natal antara lain adalah kelompok intoleran," kata Sulaiman di gedung Gradhika Bakti Praja, Selasa (20/12).
Adanya potensi teror terlihat dari analisa usai aksi teror di Polsek Astana Anyar, Bandung. Jaringan pelaku teror itu disebut banyak melakukan komunikasi di wilayah Jateng. Ia percaya aparat penegak hukum baik Polda, Densus Antiteror 88, dan Kodam sudah melakukan tindakan maksimal untuk mengantisipasi itu. Namun, menurutnya tetap diperlukan kerja sama berbagai pihak.
"Dari sisi intelijen kekuatan itu tidak cukup untuk mengawasi masyarakat Jateng yang sebanyak 27 juta. Maka dari itu perlu sinergitas antara kita semua, Forkopimda untuk melibatkan masyarakat kita untuk mendeteksi, deteksi awal yang penting," tegasnya.
(sip/ams)