Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Tengah Brigjen TNI Sulaiman mengungkap adanya potensi teror dan gangguan kaum intoleran jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Dia meminta seluruh pemegang kebijakan di Jateng untuk waspada dan mengajak masyarakat untuk untuk ikut mengawasi potensi kerawanan tersebut.
Hal itu Sulaiman sampaikan saat mengikuti rapat Forkopimda Jateng untuk meningkatkan suasana kondusif saat Nataru, di Gedung Gradika, Jalan Pahlawan, Semarang, Selasa (20/12/2022).
"Potensi yang mengganggu, yang menjadi kekhawatiran kita bersama adalah kemungkinan teror dan yang kedua kemungkinan gangguan dari kelompok-kelompok yang mungkin dia ingin mengganggu kegiatan Natal antara lain adalah kelompok intoleran," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya potensi teror terlihat dari analisa usai aksi teror di Polsek Astana Anyar, Bandung. Jaringan pelaku teror itu disebut banyak melakukan komunikasi di wilayah Jateng.
"Setelah kita telusuri karena dia tinggal di Sukoharjo, keluarganya di Sukoharjo dan jaringannya berkomunikasi dengan yang rata-rata di Jawa Tengah. Mereka ini yang berkomunikasi ini adalah rata-rata teman napiter dan beberapa keluarga yang dianggap dekat sehingga perlu menjadi atensi kita bersama apapun alasannya potensi teror itu merupakan ancaman," jelasnya.
Sulaiman percaya aparat penegak hukum baik Polda, Densus Antiteror 88, dan Kodam sudah melakukan tindakan maksimal untuk mengantisipasi itu. Namun, menurutnya tetap diperlukan kerja sama berbagai pihak.
"Dari sisi intelijen kekuatan itu tidak cukup untuk mengawasi masyarakat Jateng yang sebanyak 27 juta. Maka dari itu perlu sinergitas antara kita semua, Forkopimda untuk melibatkan masyarakat kita untuk mendeteksi, deteksi awal yang penting," lanjutnya.
Dia menyebut ada sekitar 248 eks napiter di Jateng. Sebanyak 79 di antaranya dinyatakan masih memegang paham radikal.
"Mereka yang belum berubah radikalnya ada sekitar 79. Ini didekati, tapi sulit untuk dilunakkan sehingga perlu kebersamaan kita untuk sama-sama memantau mereka," kata Sulaiman.
Kemudian ancaman lainnya adalah potensi kaum intoleran terutama di media sosial. Sulaiman mengatakan kaum intoleran itu jarang melakukan kegiatan fisik secara terbuka, meski begitu, dia mengajak masyarakat untuk turut mengawasi.
"Kalau toh ada indikasi yang mencurigakan apalagi yang terdeteksi kaum intoleran tolong masyarakat menyampaikan kepada aparat sehingga ada langkah," jelasnya.
(rih/ams)