Curhat Mahasiswa RI di Australia Susah Akomodasi, Asrama Rp 10 Juta Sebulan

Curhat Mahasiswa RI di Australia Susah Akomodasi, Asrama Rp 10 Juta Sebulan

Tim detikNews - detikJateng
Kamis, 15 Des 2022 15:21 WIB
Mahasiswa Asal Indonesia Mulai Kesulitan Cari Akomodasi di Australia
Rizal Edy Halim bersama putrinya Rizky Anatasha Halim yang akan melanjutkan pendidikan S1 di Monash University dan masih mencari tempat tinggal di Melbourne. Foto: ABC Australia
Solo -

Mahasiswa asal Indonesia menceritakan perjuangannya untuk mendapat akomodasi selama berkuliah di Australia. Persaingan dan mahalnya akomodasi mahasiswa internasional disebut semakin tinggi usai perbatasan Australia dibuka.

Dilansir detikNews, Kamis (15/12/2022), ABC melaporkan seorang mahasiswa bernama Yohan, mahasiswa S2 di Kaplan Business School Adelaide ini mengaku tak punya pilihan selain tinggal di asrama yang berupa satu unit apartemen dengan empat kamar.

Dia menempati salah satu kamar dengan biaya sewa lebih dari Rp 10 juta per bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yohan mengaku sudah berusaha mencari tempat tinggal yang harganya terjangkau sejak sebelum keberangkatannya ke Australia. Namun, kata Yohan, agen properti dan pengiklan perorangan yang dihubunginya tak begitu menanggapi permintaannya saat itu.

"Setelah dapat visa pelajar dua bulan sebelum datang ke sini saya mulai mencari tempat tinggal. Saya juga join grup komunitas Indonesia di Facebook dan di grup WA (WhatsApp). Semua cara yang saya tahu sudah saya lakukan," katanya.

ADVERTISEMENT

"Akhirnya saya ambil yang sekarang, meski mahal karena hanya tempat inilah yang menerima saya," lanjut Yohan.

Tak hanya itu, dia juga kaget karena harus menyisihkan Rp 100 ribu untuk sekali mencuci baju.

"Saya tinggal di student accommodation seharga 264 dolar per minggu, termasuk biaya listrik, air, internet. Tapi harus bayar 5 dolar untuk nyuci dan 5 dolar untuk drier," ujarnya.

"Untuk berhemat saya terpaksa mencuci baju sekali dalam dua minggu, tapi jadinya harus memakai semua persediaan baju," kata Yohan yang tak bersedia disebutkan nama lengkapnya.

Kegelisahan atas sulitnya mendapatkan akomodasi bagi mahasiswa internasional juga sedang dialami Rizal Edy Halim, dosen Universitas Indonesia (UI).

Dia menceritakan anaknya, Rizky Anatasha, diterima kuliah di Monash University untuk program kedokteran.

"Rizky akan memulai perkuliahan pada 19 Februari, tapi sampai sekarang kami belum mendapatkan tempat tinggal untuk dia," kata Rizal kepada ABC Indonesia.

"Kami mendapat informasi jika bulan Februari biasanya banyak mahasiswa internasional tiba sehingga persaingan akan ketat," tambahnya.

Rizal mengaku gelisah sampai akhirnya menjalin komunikasi dengan dua mahasiswa asal Indonesia yang menyewakan kamarnya untuk kos-kosan.

Ia mengatakan sudah mencari-cari rumah sewa di Melbourne sejak Oktober, termasuk mengecek situs yang disediakan pihak universitas untuk layanan asrama di dalam maupun di luar kampus.

"Rizky sudah mendaftar di situ, tapi sampai sekarang belum ada pemberitahuan," ujarnya.

Sebagai orang tua, Rizal menginginkan anaknya ngekos bersama orang Indonesia. Ini karena anaknya baru lulus SMA dan baru pertama kali tinggal di luar negeri.

"Dari segi biaya kami sudah coba simulasi di sekitar angka 700-800 dolar per bulan untuk sewa kamar kos," jelasnya.

Mahasiswa Indonesia Akhirnya Pilih Akomodasi yang Agak Jauh

Mahasiswa S2 di Australian National University (ANU), Adrian Wirawan, berbagi tips bagi calon mahasiswa Indonesia yang sedang mencari akomodasi atau tempat kos.

"Kalau mau dapat lebih mudah dan juga lebih murah pilih lokasi yang agak jauh," katanya kepada ABC Indonesia.

Tiba di ibu kota Australia bersama istri dan anaknya yang masih balita sejak Februari, Adrian tinggal di daerah Weston Creek. Lokasi itu sekitar 13 kilometer dari kampusnya.

"Saya sudah mencari akomodasi sejak November 2021 melalui platform-platform online serta koneksi dari jejaring beasiswa," jelasnya.

"Sampai akhirnya saya harus menyewa Airbnb untuk satu bulan dengan biaya senilai seluruh settlement allowance dari beasiswa saya," tambahnya.

Saat harga sewa mulai menurun karena banyak mahasiswa sudah lulus pada Juli 2022, Adrian akhirnya mendapatkan akomodasi bertarif 200 dollar per minggu.

"Ini termasuk murah untuk ukuran Canberra, tapi dengan trade off di lokasi yang cukup jauh dari kampus ANU," ucapnya.

Adrian menyewa satu kamar di rumah orang Indonesia yang tidak meminta adanya uang jaminan.

"Landlord saya ini motivasinya menolong para mahasiswa asal Indonesia," katanya.

Buka Kos-kosan Agar Beasiswa Tak Habis

Salah satu mahasiswa yang menyewakan kamar untuk kos-kosan mengaku melakukannya agar santunan beasiswa yang diterimanya tidak habis hanya buat bayar sewa dan tagihan bulanannya.

Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...

Nurfita, mahasiswa S2 Monash Business School, menyewa satu rumah karena ia datang ke Melbourne dengan keluarganya.

"Tapi kalau menyewa satu rumah sendiri, uang beasiswa tidak mencukupi karena harus mempertimbangkan biaya hidup yang lain," ujarnya.

"Kami memutuskan memasukkan aplikasi sewa rumah berdua dengan teman dan mendapat persetujuan dari agen rumah," katanya kepada ABC Indonesia.

Rumah empat kamar yang mereka sewa seharga sekitar AU$ 2.300 per bulan. Kemudian ada satu kamar yang disewakan kepada mahasiswa lainnya.

Fita, panggilan akrabnya, mengaku uang hasil dari sewa tersebut bisa untuk menutupi tagihan keperluan seperti air dan listrik.

Fita bercerita uang beasiswa sebesar AU$ 1.150 per dua minggu akan habis untuk sewa rumah dan biaya keperluan bulanan lainnya.

Fita mengaku tidak mudah mendapat sewa rumah. Dia harus bersaing dengan warga setempat dan mahasiswa asing lainnya.

"Aplikasi kami sempat ditolak oleh agen, tapi kemudian mengajukan kembali dengan menemui dan meyakinkan pihak agen saat sesi inspeksi rumah bahwa penghasilan kami cukup untuk membayar sewa rumah bulanan selama setahun ke depan," ujarnya.

Fita menyarankan agar calon mahasiswa menyiapkan dana untuk hidup selama satu bulan ke depan. Sebab menurutnya adakalanya pencarian tempat tinggal butuh waktu meskipun mahasiswa telah sampai di Australia.

"Dana di awal itu dibutuhkan, selain untuk melunasi sewa kamar, juga diperlukan untuk membayar uang jaminan (bonds) yang harus dibayarkan sebelum menempati kamar atau rumah sewa," katanya.

"Sistem kontrakan di Australia sangat berbeda dengan sistem kos-kosan di Indonesia yang memungkinkan kita untuk menunggak pembayaran," papar Fita.

Halaman 2 dari 2
(sip/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads