Banjir rob yang terjadi di Kecamatan Bonang, Demak, Jawa Tengah, kondisinya semakin parah. Air laut terus-menerus menggenangi jalan-jalan kampung. Bahkan akses menuju sekolah para anak-anak juga tidak luput dari genangan limpahan air laut tersebut.
Kondisi ini tentunya membuat para siswa harus mencari cara agar sepatunya tidak basah saat dipakai ke sekolah. Alhasil, mereka pun memilih memakai sandal saat berangkat ke sekolah. Sementara, sepatunya ditaruh di dalam tas agar tidak basah oleh air rob.
Tetapi, ada juga sekolah yang kemudian menerapkan kebijakan masuk kelas lepas alas kaki lantaran kondisi wilayahnya yang digenangi banjir dan lumpur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti halnya si kembar Ghofar dan Ghofur yang duduk di kelas II sederajat sekolah dasar. Sudah setahun lebih keduanya mengenakan sandal saat berangkat ke sekolah.
"Kalau pakai sepatu ya di sekolah, sepatunya ditaruh sana. Kalau jalan kaki pakai sandal," kata Ibu si kembar Ghofar dan Ghofur, Siti Zumrotun, saat dijumpai di Dukuh Krasak, Desa Gebang, Selasa (13/12/2022).
Pantauan detikJateng di lokasi, kondisi jalan kampung tersebut pagi ini sekitar pukul 08.00 WIB digenangi rob dengan ketinggian sekitar 10-30 cm. Nampak di area lain, jalan kabupaten Desa Purworejo, Margolinduk, dan Morodemak.
![]() |
Sejumlah pelajar berangkat sekolah jalan kaki mengenakan sandal. Ada juga yang telanjang kaki sembari menenteng sepatunya. Sejumlah jalan nampak dalam proses pengurukan tanah kapur yang permukaannya lebih rendah dari sungai. Jalan tersebut memiliki lebar sekitar tujuh meter yang berjajaran langsung dengan sungai hingga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Morodemak.
"Banjir terus, kalau berangkat sekolah banjir terus. Sudah satu tahun lebih," sambungnya.
Ia menuturkan bahwa setiap harinya berjalan kaki berangkat dan pulang mengantarkan anaknya sekolah. Jarak tersebut sekitar satu kilometer lebih.
"Jalan kaki terus pulang pergi. Anaknya kalau diikutin sama orang itu tidak mau. Diboncengkan orang nggak mau," tuturnya.
Sementara guru olahraga SDN Purworejo 2, Rodli, mengatakan sekolah menerapkan kebijakan tidak memakai alas kaki saat belajar di kelas. Ia menuturkan lantai akan kotor dengan lumpur jika para siswanya mengenakan sepatu.
![]() |
"Iya (masuk kelas nggak pakai alas kaki). Nanti kalau siswa pakai sepatu bisa kotor seperti lantai depan kelas ini," kata Rodli.
Ia menerangkan kebijakan tersebut sekitar tiga tahun yang lalu saat kondisi lantai cenderung masih tinggi. Ia menyebut kondisi rob setelah 2019 datang dalam volume besar terus-menerus.
"2019 masih pakai sepatu masuk kelas. Setelah itu rob datang besar terus," terangnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Ia menuturkan siswanya merupakan dari desa sekitar berjumlah sekitar 87 siswa. Terdapat dua bangunan pada sekolah tersebut.
Rodli menjelaskan bahwa peninggian lantai sekolah terakhir pada 2016. Pembangunan toilet baru sekolah tersebut dibuat seperti rumah panggung dengan ketinggian lantai sekitar dua meter.
Rodli menambahkan bahwa jam masuk kelas di sekolah tersebut cenderung fleksibel. Lantaran memaklumi medan rob yang harus dilalui siswa maupun guru.
"Iya di sini agak fleksibel karena kadang angkutannya telat masuk (karena rob), kondisi jalan licin," terangnya.