Suami-Anak Buruh Semarang Jadi Korban Pohon Tumbang, Lurah: Perlu Dibantu

Suami-Anak Buruh Semarang Jadi Korban Pohon Tumbang, Lurah: Perlu Dibantu

Afzal Nur Iman - detikJateng
Kamis, 24 Nov 2022 17:28 WIB
Warga Semarang, Susi Handayani (30) menunjukkan hasil rontgen anaknya yang terluka akibat tertimpa pohon tumbang di Semarang.
Warga Semarang, Susi Handayani (30), menunjukkan hasil rontgen anaknya yang terluka akibat tertimpa pohon tumbang di Semarang. Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Buruh warga Semarang, Susi Handayani (30), mengadu di media sosial setelah suaminya meninggal dan salah satu anaknya luka parah akibat tertimpa pohon tumbang. Pihak kelurahan tempat tinggal Susi ikut berduka.

Lurah Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Dimas Nofa Sancoyo, mengatakan Susi memang perlu dibantu.

"Pokoknya Bu Susi itu memang perlu dibantu itu, kasihan," kata Dimas saat dihubungi, Kamis (24/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimas mengaku pihaknya sudah mengajukan bantuan untuk Susi kepada BPBD Kota Semarang. Namun hingga kini ajuannya itu masih dalam proses.

"Lagi proses, kalau kemarin saya tanya ke BPBD sepertinya sedang dinaikkan ke BPKAD karena kan mungkin itu dananya tidak di BPBD," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Dimas juga berkomunikasi dengan pihak Perhutani agar bisa membantu meringankan beban Susi. Menurutnya, Perhutani memberi tanggapan positif.

"Dari Perhutani bilangnya itu musibah 'ini tetap kita pikirkan tapi kan belum tahu nanti bentuknya apa'. Intinya itu pokoknya itu dibantu kalau tidak ada kebijakan mohon kebijaksanaanlah," jelasnya.

Sembari menunggu bantuan yang masih diproses, Dimas juga berencana untuk memberi bantuan seadanya secara pribadi.

"Saya mau ke sana, mau ngasih susu, tak belikan susu ini dua," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, warga Semarang, Susi Handayani (30), mengadu di media sosial atas bencana yang menimpa keluarganya hampir dua bulan lalu. Suaminya meninggal tertimpa pohon tumbang. Salah satu anaknya juga luka parah akibat kejadian tersebut.

Mengadu di Medsos

Susi mengunggah pengalaman nasibnya itu di grup Facebook MIK SEMARANG. Dalam unggahan itu dia bercerita suaminya tertimpa pohon saat memboncengkan dua anak balitanya.

Akibatnya, suaminya tewas. Sedangkan salah satu anaknya sempat kritis. Hingga kini anaknya belum pulih akibat luka di tengkorak dan rahangnya.

"Yg saya mau tanyakan

  • apakah bener lur jika pohon jati jatoh sendiri karna tua/lapuk tidak ada aturan/kompensasinya?sedangkan pohon itu dipinggir jalan.apakah tidak ada pencatatan untuk pohon lapuk?shingga mnimbulkan korban
  • apakah tidak ada kebijakan untuk anak saya yg harus 3x oprasi setelah kecelakaan trsebut.untuk masa depan ank saya,nutrisi,gizi ank yg harus minum susu dengan resep dokter.sdangkan saya hanya buruh pabrik
    Mohon masukannya lur,yg paham dengan kasus saya.saya harus riwa riwi rumah sakit n kerja.

Maaf bahasanya belepotan lur" tulisnya dalam unggahan yang dilihat detikJateng pada Rabu (23/11).

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Saat ditemui, Susi mengatakan bencana itu terjadi pada 7 Oktober lalu. Suami dan dua anak Susi tertimpa pohon milik Perhutani saat melaju di Jalan Palir Kaliancar, Ngaliyan, Semarang. Akibatnya, suami Susi, Avieq Avendi (31), tewas. Anak pertamanya yang berusia empat tahun saat ini sudah bisa berlarian meski masih trauma terutama saat melihat pohon besar.

Sedangkan, anak bungsunya yang berusia dua tahun mengalami luka berat di kepala. Ia sempat menjalani operasi karena mengalami pembengkakan otak. Kini, anak perempuan itu masih harus menjalani dua kali operasi lanjutan untuk memulihkan tengkorak dan rahangnya.

"Jadi soal itu pemulihan kesehatan anak saya dan masih susu resep itu kan, ibaratnya saya masih pusing, riwa riwi (wira-wiri) sendiri, jadi (harus mengadu) ke mana lagi?" kata Susi saat ditemui di rumahya, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Rabu (23/11).

Susi sedikit beruntung, biaya perawatan anaknya selama di rumah sakit ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, pendapatannya sebagai buruh dirasa tidak cukup bila harus menanggung resep dokter termasuk susu nutrisi yang menghabiskan Rp 1,7 juta setiap bulan.

Dia juga kebingungan mengenai masa depan kedua anaknya usai ditinggal suaminya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga.

"Jadi itu ingin ada masa depan buat adek, anakku yang pertama dan kedua, terus pemulihannya juga lama, butuh buaya banyak jadi mau minta bantuan," kata wanita yang bekerja sebagai buruh pabrik itu.

Susi mengungkap bahwa pihak Perhutani sebenarnya sudah memberikan bantuan sebanyak total Rp 7,5 juta. Namun, Rp 3 juta sudah habis untuk biaya pemakaman dan sisanya digunakan untuk biaya pengobatan anaknya yang sempat dirawat selama tiga minggu.

"Pertama ke sini waktu pemakaman suami itu mereka ngasih uang Rp 3 juta, jadi itu saya anggap untuk pemakaman suami, nah itu kemarin ke sini katanya galang dana dari karyawan Rp 4,5 juta," ungkapnya.

Usaha Susi Mencari Bantuan

Susi tidak hanya duduk manis dan mengadu di Facebook untuk berharap bantuan. Sebelum mengadu di Facebook pada Senin (21/11) kemarin, Susi sudah menemui berbagai pihak untuk berusaha meminta bantuan.

Setidaknya, dia sudah pernah menemui pihak kelurahan, dan Perhutani untuk meminta bantuan. Namun, respons positif baru Susi rasakan usai mengadu di media sosial.

"Semalam setelah Pak Lurah ke sini beliau bilang katanya sudah buat pengajuan ke BPBD," katanya.

Rencananya pihak Kelurahan dan Perhutani juga akan berkunjung ke rumah Susi untuk membahas permasalahan tersebut. "Setelah speak up ya alhamdulillah," katanya.

Namun, hingga kini belum ada kepastian sesuai dengan yang Susi harapkan.

"Pertama untuk pemulihan adek, terus untuk masa depan, untuk biaya seterusnya, apakah ada beasiswa seperti itu," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads