Sejarah Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional 25 November

Sejarah Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional 25 November

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 24 Nov 2022 15:03 WIB
Jerit Wanita Dunia Tolak Kekerasan Terhadap Perempuan
Jerit Wanita Dunia Tolak Kekerasan Terhadap Perempuan. Foto: AP Photo
Solo -

Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional atau International Day for the Elimination of Violence against Women diperingati tiap tanggal 25 November atau tepat pada Jumat (25/11/2022) besok. Berikut sejarahnya.

Sejarah Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Dilansir situs United Nations yang diakses detikJateng pada Kamis (24/11/2022), Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional digagas oleh para aktivis hak-hak perempuan. Tanggal 25 November dipilih untuk mengenang tiga aktivis politik dari Republik Dominika yang dibunuh secara brutal pada tahun 1960 atas perintah Rafael Trujillo yang berkuasa pada 1930-1961.

Pada 20 Desember 1993, Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan melalui resolusi 48/104. Resolusi itu membuka jalan menuju pemberantasan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, pada 7 Februari 2000, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 54/134 yang secara resmi menetapkan 25 November sebagai Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional.

Sejak itulah tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional tiap tahunnya.

ADVERTISEMENT

Kekerasan Terhadap Perempuan: Pelanggaran HAM

Dikutip dari situs un.org, kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling banyak dilakukan saat ini. Kekerasan terus menjadi hambatan untuk mencapai kesetaraan, pembangunan, perdamaian serta pemenuhan hak asasi perempuan.

Ada banyak jenis kekerasan terhadap perempuan, di antaranya kekerasan dari pasangan, kekerasan dan pelecehan seksual, perdagangan manusia, mutilasi alat kelamin perempuan, hingga pernikahan anak.

Tema Bersatu! Aktivisme untuk Mengakhiri Kekerasan

Menurut situs un.org, gerakan #MeToo yang didirikan oleh aktivis Tarana Burke pada 2006 meledak dan memicu mobilisasi global dalam upaya mencegah dan menanggapi kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Sejak itu, kesadaran dan momentum yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai tercipta berkat kerja tanpa henti dari para aktivis akar rumput, pembela hak asasi perempuan, dan para penyintas di seluruh dunia untuk mencegah dan menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Mendukung dan berinvestasi dalam organisasi hak-hak perempuan dan gerakan feminis yang kuat dan otonom adalah kunci untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

Itu sebabnya tema 2022 ini adalah 'UNITE! Aktivisme untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan & Anak Perempuan'.




(dil/rih)


Hide Ads