Kisah Pasutri Disabilitas di Magelang Andalkan Hidup dari Servis Elektro

Kisah Pasutri Disabilitas di Magelang Andalkan Hidup dari Servis Elektro

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 23 Nov 2022 19:32 WIB
Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022).
Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Kabupaten Magelang -

Pasangan suami istri (pasutri) disabilitas di Magelang, Solikhin (56) dan Tunah (44), mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan membuka jasa servis barang elektronik. Begini kisah pasutri disabilitas tersebut.

detikJateng berkunjung ke rumah pasutri itu di Jalan Magelang-Purworejo, Dusun Banjaran RT 06/RW 06, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Solikhin dengan ramah mempersilakan masuk untuk duduk di kursi yang ada. Rumah berukuran 4 x 2,5 meter persegi ini berada di sebelah kiri pinggir jalan.

Rumah yang terbuat dari papan dan berdinding gedek itu telah dihuni sejak tahun 2001. Lahan yang digunakan untuk mendirikan rumah tersebut milik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Magelang. Saat mendirikan rumah, mereka telah meminta izin dari DPU.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagian ruang tamu digunakan untuk jasa servis barang-barang elektronik. Ruang itu ada sekat, bagian belakang digunakan untuk tempat tidur serta dapur.

Setiap harinya, Solikhin duduk di atas kursi roda. Sedangkan istrinya, Tunah, memakai kruk karena kaki kirinya tidak berkembang.

ADVERTISEMENT

Solikhin mengawali cerita tentang jasa servis barang elektronik yang merupakan hasil pelatihan.

"Saya dulu daftar di pelatihan RC (rehabilitasi centrum) Solo, tapi gagal karena tidak menerima cacat ganda (kaki dan mata katarak). Terus daftar di Yakkum (pusat rehabilitasi) di Jalan Kaliurang Km 13,5 Jogja," kata Solikhin mengawali ceritanya kepada detikJateng, Rabu (23/11/2022).

Solikhin menuturkan dulunya terlahir dalam kondisi normal. Namun semenjak duduk kelas IV SD mau kenaikan kelas, ia mengalami polio hingga membuatnya tidak bisa berjalan sampai sekarang.

"Mulai tahun 1986 berada di Jogja, dulunya menyelesaikan sekolah sampai SMP terus ikut pelatihan. Pertama, pelatihan elektronik, kemudian menjahit. Setelah itu dipekerjakan di perusahaan mainan anak-anak, tapi di Yakkum juga. Lama-lama bosen, terus memperdalam elektronik di Malioboro," kenangnya.

Ia saat berada di Pusat Rehabilitasi Yakkum tersebut bertemu dengan Tunah yang asalnya dari Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul. Selanjutnya, sekitar tahun 2001 kembali menuju Magelang dan keduanya melangsungkan pernikahan. Setelah menikah tersebut, mereka tahun 2005 dikarunia anak yang bernama Edwin Abyu Taukhid (17). Mereka kemudian membangun rumah yang ditinggali hingga kini.

"Ini lahan milik DPU, ukuran 4x2,5 meter persegi, ya izin menempati. Kalau pelebaran ya habis, boleh (izin) yang penting nggak permanen," tuturnya.

Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022).Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Solikhin menjelaskan, pertama yang ditekuni adalah jasa servis jam dinding. Hal tersebut dilakukan karena tidak membutuhkan aliran listrik. Jasa servis jam dinding tersebut berlangsung 3-4 bulan.

"Setelah dialiri listrik saudara baru meneruskan servis (elektronik)," jelasnya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, lanjutnya, mengandalkan dari jasa servis elektronik. Hal ini karena tidak ada usaha lainnya.

"Iya (penghasilan utama) dari servis, nggak ada usaha lain. Sejak pandemi kena dampak sepi. Dulu alhamdulillah ada, sekarang kadang satu minggu ada, nanti satu bulan nganggur," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Solikhin mencari komponen barang yang diservis dengan naik sepeda motor roda tiga yang dimilikinya.

"Iya (mencukupi kebutuhan sehari-hari), cuman kadang ada orang yang nyantuni. Itu kadang ada, yang utama itu (servis)," sambungnya.

Ia berharap bisa hidup dengan layak dan bisa menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang tinggi.

Sementara itu, Tunah mengaku kenal dengan Solikhin saat sama-sama berada di Pusat Rehabilitasi Yakkum. Saat itu ia bekerja di bagian packing di perusahaan mainan anak-anak.

"Ketemu saya di Jogja, maksudnya pulang nikah. Setelah nikah langsung buka servis di sini semampunya, bisa mandiri. Di sana (Jogja) bagian packing, keluar dari sana nggak punya keterampilan," tutur Tunah.

Di rumah itu semenjak tahun 2005 dihuni bertiga dan anaknya, Edwin, saat ini duduk di kelas XI SMK Ma'arif Magelang jurusan otomotif.

"(Servis sekarang) Kadang satu bulan ada, dua bulan juga bisa nggak ada, tapi bagaimana," katanya.

Anaknya mendapatkan beasiswa dari sekolah. Sementara rumah tangganya mendapat bantuan pemerintah yakni PKH dan KIS.

"Ada PKH. KIP nggak, kartu kesehatan saya sama anak. Sebenarnya yang membutuhkan (KIS) bapak," kata dia.

"Saya selalu check up mata dulu kena katarak, jadi tiap berapa bulan harus check up. Ya kalau pas ada (uang), kalau nggak (ada), ya nggak (check up). Nggak pasti tergantung obatnya nanti, terkadang Rp 150 ribu, kadang Rp 200 ribu di YAP Jogja, tempat operasinya," ujar Solikhin.

Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022).Pasangan disabilitas di Magelang, Solikhin (55) dan Tunah (44), yang mengandalkan hidup dari buka jasa servis barang elektronik. Foto diambil Rabu (23/11/2022). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Sekalipun saat ini terkadang jasa servis sepi, Tunah tetap bersyukur dengan keadaan yang ada.

"Mudah-mudahan Allah melindungi kami sekeluarga. Usaha bapak seperti ini ya disyukuri, tapi yang penting saya nggak gini (minta-minta)," sambung Tunah.

"Masalah orang hidup, walaupun saya hidup seperti bapak kondisi gini, saya juga nggak bisa jalan, tapi kebutuhannya sama to seperti orang-orang yang bisa ke sana-ke sini. Bagaimanapun kita kan bisanya cuman seperti ini, ya gimana lagi, usaha sambil berdoa. Insyaallah, Allah juga memberikan keluarga kami, walaupun hidup pas-pasan, tapi alhamdulillah Allah selalu melindungi. Kalau di dalam hati, siapa tahu pasti namanya orang pasti saya punya keinginan, punya tempat tinggal milik sendiri," kata Tunah dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu Edwin mengisahkan saat masih kanak-kanak pernah diejek teman-temannya. Namun sekarang ejekan itu sudah tidak dan teman-temannya bisa menerimanya dengan baik.

"Kalau sudah besar, alhamdulillah nggak ada yang ngejek. Waktu kecil, pas TK ibu yang ngantar ditanya, 'Win ibumu kok kakinya satu'. Terus saya jawab aja, 'ya dari Allah sudah dikasih satu'," ujarnya yang bercita-cita jadi mekanik.

Edwin ingin setelah lulus SMK bisa melanjutkan kuliah.

"Insyaallah kuliah. Penginnya ngambil teknik mesin," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/apl)


Hide Ads