Seorang bintara polisi di Polres Klaten, Bripka Budi Nugroho (41) memberdayakan para korban PHK dan juga pengangguran lewat angkringan. Dia menyewakan 53 gerobak angkringannya dengan biaya murah.
"Sekitar 2 bulan lalu ada beberapa orang mengeluh usaha apa yang tidak perlu modal banyak. Soalnya habis pandemi mereka tidak punya modal dan bingung usaha," tutur Budi saat ditemui detikJateng, Senin (31/10/2022).
Budi menyebut berawal dari dua gerobak, kini dia memiliki 53 gerobak angkringan. Ide soal pembuatan gerobak angkringan ini didukung keluarganya. Pamannya kebetulan tukang kayu, sedangkan adiknya adalah penjual gerobak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya ya saya sisihkan dari gaji, dapat satu dua gerobak. Lalu dibantu adik saya yang juga jual beli gerobak," terang dia.
"(Harga gerobak) Rp 2,4 juta itu sudah komplit, tinggal jalan. Kebetulan adik saya jual beli gerobak, kebetulan saya juga punya ide itu (pemberdayaan)," imbuh Budi.
Dia menyebut target warga yang dia bantu adalah korban PHK hingga pengangguran.
"Pengangguran, korban PHK, usaha bangkrut saat pandemi dan lainnya itu prioritas kami (bantu). Yang penting niat usaha," ucap dia.
Dia menyebut kini ada puluhan orang yang menyewa angkringannya. Mulanya gerobak angkringan itu dia pinjamkan cuma-cuma, namun akhirnya banyak yang berniat menyewa.
"Awalnya saya suruh pakai saja untuk usaha. Tapi setelah berjalannya waktu mereka berniat menyewa, ya sudah saya sewakan semampunya," ujar Budi yang berdinas di Satuan Pengendali Massa (Dalmas) Sat Sabhara Polres Klaten itu.
Sewakan Gerobak Rp 10 Ribu/Hari
Untuk meringankan beban korban PHK dan pengangguran itu, dia akhirnya menyewakan gerobak Rp 10.000 per hari. Biaya sewa gerobak angkringan itu juga meliputi racikan teh ginastel yang merupakan akronim dari legi, panas, dan kentel.
"Sewa Rp 10.000 per hari itu sudah komplit dengan gerobak dan perlengkapan, pedagang tinggal mengisi dagangan. Termasuk racikan teh ginastel," papar Budi.
Seiring berjalannya waktu, ternyata niatnya untuk membantu warga korban PHK dan pengangguran itu semakin banyak peminatnya. Sampai saat ini ada 53 pedagang tersebar di berbagai wilayah.
"Dengan tujuan membantu masyarakat yang mau usaha mandiri dengan modal terbatas, akhirnya berkembang sampai hari ini sudah ada 53 gerobak. Gerobak kita beri label kopral," jelas aktivis sosial rehab rumah miskin itu.
Simak video 'Kata Ma'ruf Gelombang PHK Hantam Startup dan Manufaktur':
Selengkapnya di halaman berikut...
Meski banyak peminat, dia mengaku masih fokus membantu warga di area Klaten.
"Sementara biar warga Klaten dulu yang terangkat ekonominya. Untuk ke luar (kota) kita belum berpikir dan takutnya kewalahan," kata Budi.
Dijuluki Angkringan Kopral
Budi mengungkap nama kopral untuk angkringannya. Hal itu karena dia mengawali berkarier di Polri dari pangkat kopral dua.
"Gerobak milik saya sendiri. Kebetulan paman saya tukang kayu, saya minta membuatkan gerobak agar usahanya juga berjalan, lalu saya cat sendiri," ujar Budi, yang lulus Pendidikan Tamtama Brimob tahun 2000 itu.
Warga Terbantu
Seorang pedagang binaan warung angkringan Kopral, Budiyati mengaku awalnya bingung hendak membuka usaha. Dia mengaku terbantu setelah mengikuti binaan angkringan Kopral.
"Saya sangat terbantu karena dulu mau usaha tidak punya banyak modal. Saya ikut program pak Budi itu sewanya murah Rp 10.000 per hari," kata Budiyati yang membuka angkringan di sekitar jalan Jogya-Solo, Karangwuni, Ceper ini.