Anwar Abbas Ungkap Kriteria Capres di Mata Muhammadiyah

Anwar Abbas Ungkap Kriteria Capres di Mata Muhammadiyah

Jarmaji - detikJateng
Minggu, 20 Nov 2022 20:00 WIB
Waketum MUI Anwar Abbas
Anwar Abbas (Foto: mui.or.id)
Solo -

Salah satu anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengatakan sikap Muhammadiyah akan menjaga kedekatan dengan partai politik jelang Pemilu 2024. Lalu, seperti apa kriteria calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 di mata Muhammadiyah?

"Yang bertanggung jawab mencalonkan (capres) kan partai politik. Cuma kalau ditanya Muhammadiyah kriterianya seperti apa? Ya ngerti dan paham tentang Pancasila dan konstitusi. Jadi kita harapkan mereka itu adalah insan Pancasilais," kata Anwar Abbas ditemui di acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah di UMS, Solo, Minggu (20/11/2022).

Menurutnya, jika sudah Pancasilais, berarti dia menghormati agama. Sehingga diharapkan mereka yang menyatakan diri Pancasilais itu harus tunduk dan patuh pada ajaran agamanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan masing-masing agama kan mengajarkan kita untuk saling hormat-menghormati kan," jelasnya.

Kriteria capres selanjutnya, kata Anwar Abbas, sehat jasmani dan rohani, mempunyai wawasan, mengedepankan persatuan dan kesatuan.

ADVERTISEMENT

"Kemudian acuannya Pancasila dan UUD 45. Kalau membuat kebijakan diorientasikan bagi melindungi rakyat, menyejahterakan rakyat, mencerdaskan rakyat dan ikut menjaga ketertiban dunia. Itu garis besarnya," papar dia.

Anwar menambahkan, jangan sampai ada pemimpin di negeri ini yang mengadu domba antarelemen masyarakat.

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah yang benar. Namun jika program pemerintah dinilai tidak benar, maka masyarakat agar mengingatkan.

"Kalau pemerintah benar, dukung. Kalau pemerintah nggak benar, ingatkan. Dan itu yang saya lakukan selama ini," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo telah berhasil memilih Ketua Umum dan Sekretaris Umum untuk memimpin lima tahun ke depan. Mendekati tahun politik Pemilu 2024, Muhammadiyah diminta menjaga kedekatan dengan semua partai politik (parpol).

"Menjaga kedekatan dengan semua partai politik. Kalau dulu kan menjaga jarak ya, kalau sekarang nggak. Kalau menurut saya ya, menurut pribadi, menjaga kedekatan dengan semua partai politik yang ada. Artinya silaturahim di antara kita harus bisa kita bangun," kata Anwar Abbas, salah satu dari 13 formatur PP Muhammadiyah, ditemui usai sidang pleno VIII penentuan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027 dalam Muktamar ke-48 di UMS, Solo, Minggu (20/11).

Hal itu dikatakan Abbas menjawab pertanyaan wartawan tentang sikap Muhammadiyah mendekati Pemilu 2024.

Lihat juga video 'Ini Pesan Ketum Muhammadiyah untuk Para Tokoh yang Niat Nyapres':

[Gambas:Video 20detik]



Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Menurut dia, bahwa bangsa Indonesia tak hanya urusan partai politik, tetapi urusan semua. Oleh karena itu kedekatan antara ormas-ormas yang ada dengan partai politik menjadi suatu keharusan.

"Jadi jangan sampai partai politik menjauhi ormas, ormas menjauhi partai politik. Sehingga kalau ada hal-hal yang dianggap penting oleh partai politik ya dikomunikasikan dengan ormas. Kalau ada hal-hal dianggap penting oleh ormas ya dikomunikasikan dengan partai politik yang ada. Supaya masa depan bangsa ini bisa kita akselerasi, sehingga persatuan dan kesatuan diantara kita bisa kita bangun," ungkap Anwar Abbas.

"Saya senang sekali dengan kata-kata Jenderal Soedirman, kalau kalian ingin maju maka harus kuat. Untuk bisa kuat kalian harus bersatu. Untuk bisa bersatu kalian harus rajin bersilaturahim. Bersilaturahim kunci itu dan dalam agama Islam itu dikatakan barang siapa menyambung silaturahim dipanjangkan umurnya oleh Allah dan ditambah rezekinya," imbuh dia.

Dengan demikian, lanjut Anwar, jika menyambung silaturahim secara kebangsaan, secara nasional, maka umur negara Indonesia akan panjang dan kesejahteraannya akan meningkat. Maka semua elemen harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Jangan sampai terjadi perpecahan dan silang sengketa.

"Tapi kalau kita tidak menyambung silaturahim, konflik kan. Bisa terpecah belah negara ini. Kalau pecah belah, perang, semakin susah kita membangun negara kita. Kesejahteraan rakyat terganggu. Tidak ada sejarah yang membuktikan satu negara kalau berperang, sejahtera, nggak ada," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/aku)


Hide Ads