Protes Korban Banjir di Pekalongan 'Wargamu Sikile Ledes'

Protes Korban Banjir di Pekalongan 'Wargamu Sikile Ledes'

Robby Bernardi - detikJateng
Sabtu, 19 Nov 2022 15:06 WIB
Warga Desa Karangjumpo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan memasang spanduk protes karena menjadi langganan banjir, Sabtu (19/11/2022)
Warga Desa Karangjumpo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan memasang spanduk protes karena menjadi langganan banjir (Foto: Robby Bernardi/detikJateng)
Pekalongan -

Warga Desa Karangjumpo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan jenuh terus-terusan menjadi korban banjir. Mereka akhirnya memasang spanduk di sejumlah titik genangan air.

Spanduk itu sebagai ungkapan kebosanan warga pada kondisi yang sudah menahun tidak teratasi, yakni banjir dan rob. Spanduk itu bertuliskan, 'Wargamu Sikile Ledes' dan 'Lurah Kami Suka Banjir' dan disebut telah dipasang sejak Jumat (18/11) kemarin.

"Ya ibaratnya kita sudah bosan, setiap hari kayak gini sejak tahun 2013 lalu. Sini bisa surut kalau terkena panas beberapa hari. Asalkan sorenya nggak ada air rob ya," kata Dimyati (58) warga setempat saat ditemui detikJateng, Sabtu (19/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Air yang terlanjur masuk ke permukiman, kata Dimyati, ibaratnya air yang mati, yang sudah tidak bisa mengalir ke mana-mana, kecuali dipompa. Air akan hilang jika beberapa hari jika kondisi panas, itupun jika sore tidak terjadi air rob, limpasan dari sungai.

"Kalau kondisi genangan air ini ya sudah tiga minggu. Ya tidak masuk rumah, karena rumah sudah pada ditinggikan. Cuman jalannya mengganggu, kaki 'ledes' (kena kutu air). Airnya tidak surut-surut juga," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Dalam pengamatan detikJateng di lokasi, memang lokasi setempat berada di bawah jalan beton. Bahkan, jalan perkampungan lebih rendah dari jalan beton,begitu juga dengan tanggul.

Tanggul sungai lebih tinggi dari permukiman warga. Sehingga, jika air rob masuk melewati sungai dan melimpas melalui tanggul kemudian ke lokasi tersebut, air akan sulit kembali ke sungai, karena lokasi sungainya jauh lebih tinggi.

"Ya satu-satunya jalan kita menuntut pihak pemerintah maupun kades, untuk kita dibuatkan rumah pompa, agar bisa menyedot air dan dibuang ke sungai. Ini sudah lama kok terjadinya, mulai sejak tahun 2013," timpal Anam (29), warga setempat.

Warga Desa Karangjumpo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan memasang spanduk protes karena menjadi langganan banjir, Sabtu (19/11/2022)Warga Desa Karangjumpo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan memasang spanduk protes karena menjadi langganan banjir, Sabtu (19/11/2022) Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Anam mengaku bosan melihat kondisi permukimannya selalu tergenang. Dia menyebut permukimannya pun tampak kumuh karena genangan.

"Ya kalau warga yang mampu, lantai rumah ditinggikan bersamaan dengan atapnya. Jika warga tidak mampu, hanya membeli tanah uruk, meninggikan lantainya saja. Sehingga rumah kelihatan rendah," tambah Anam.

Selanjutnya Sekda Pekalongan buka suara soal keluhan warga...

"Kita minta pemerintah untuk membantu warga sini, membuatkan rumah pompa, agar suasana pemukiman warga enak dilihat, bersih dari genangan air," ujar Anam.

Sementara itu, Sekda Kabupaten Pekalongan, M Yulian Akbar, mengungkapkan pihak pemerintah sedianya telah memperhatikan kebutuhan warga setempat. Pemerintah Kabupaten Pekalongan, telah menganggarkan pembangunan rumah pompa di tahun anggaran 2023.

"Sudah kita anggarkan kok. Tapi tahun 2023. Kita akan buatkan rumah pompa, untuk menguras genangan air yang kerap terjadi di tiga desa setempat, akibat limpasan sungai maupun karena intensitas hujan tinggi," kata M Yulian Akbar pada detikJateng, siang ini.

Yulian Akbar menjelaskan Pemkab telah mengalokasikan dana sebesar Rp 2,5 miliar hingga Rp 3 miliar, untuk pembuatan rumah pompa, guna mengantisipasi genangan yang tidak kunjung surut di tiga desa setempat, yakni di Desa Karangjumpo, Mulyorejo dan Desa Tegaldowo.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)


Hide Ads