Siswi SMAN 1 Sumberlawang Sragen mengalami perundungan gegara ditegur soal jilbab oleh gurunya. Komisi IV DPRD Sragen yang membidangi pendidikan menyoroti kondisi psikologis siswi tersebut.
Siswi tersebut dilaporkan mengalami trauma dan belum mau ke sekolah. Anggota Komisi IV DPRD Sragen, Tono mengatakan, pendekatan harus dilakukan oleh pihak sekolah agar S mau bersekolah lagi.
"Sampai saat ini, anak tersebut tidak mau ke sekolah. Mungkin dari pihak guru sudah minta maaf, tapi dari teman yang lain mungkin masih ada yang membully," kata Tono saat ditemui di kantor DPRD Sragen, Rabu (26/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tono menyebut perlu pendampingan khusus dari guru untuk membujuk S agar mau bersekolah lagi. Terlebih dari keterangan guru yang bersangkutan, Suwarno, siswi tersebut merupakan anak yang cerdas.
"Pendekatan lebih intens diperlukan agar anak tersebut merasa diperhatikan, dan mengupayakan agar kejadian tersebut tidak terulang lagi," ucapnya.
Tono menyebut sekolah negeri memiliki karakter murid yang lebih beragam. Dia berharap para guru bisa memahami keberagaman itu da lebih berhati-hati utamanya terkait suku, ras, agama dan antargolongan (SARA).
"Harapan kami dari guru di sana untuk berhati-hati dalam menyampaikan tentang hal-hal yang sensitif, terutama masalah keagamaan," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi IV lainnya, Fathurrahman. Dia menyebut toleransi di lingkungan sekolah harus ditingkatkan untuk mencegah kasus serupa terjadi.
"Menjalankan syariat secara benar, esensinya sangat luas. Jadi tidak bisa dipaksakan kepada masyarakat ataupun siswa yang mempunyai keyakinan sama, tapi cara pandang, cara berpikir, cara hidupnya berbeda," kata dia.
Dia meminta pihak sekolah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan masalah ini. Dia juga menyarankan Suwarno agar menyadari diri, jika Republik Indonesia bukan negara Islam sehingga perlu menjunjung toleransi.
"Dalam hal ini harus segera dimediasikan antara pihak keluarga dan sekolah, agar masalah ini bisa segera diselesaikan," pungkasnya.
(ams/sip)