Dugaan Perundungan Jilbab di SMAN Sragen, Ortu: Anak Saya Gemetar Ketakutan

Dugaan Perundungan Jilbab di SMAN Sragen, Ortu: Anak Saya Gemetar Ketakutan

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Kamis, 10 Nov 2022 13:35 WIB
Agung Purnomo mengadu ke Polres Sragen soal anaknya yang dimarahi guru gegara tak berjilbab, Rabu (9/11/2022)
Agung Purnomo mengadu ke Polres Sragen soal anaknya yang dimarahi guru gegara tak berjilbab, Rabu (9/11/2022) (Foto: dok. Istimewa)
Sragen -

Guru SMAN 1 Sumberlawang Sragen diadukan ke Polres Sragen usai diduga melakukan perundungan kepada salah satu siswi tak berjilbab. Meski guru matematika itu sudah minta maaf, orang tua S (15), Agung Purnomo meminta ruang diskusi dengan pihak sekolah agar anaknya kembali nyaman bersekolah.

"Informasi (dari) anak saya, di sekolah ada jeda tercipta antara anak yang berkerudung dan tidak, itu diperparah dengan ketidaksiapan pendidik. Saya yakin arahan yang diberikan kepada anak saya itu arahan yang baik sesuai dengan syariat yang dianut oleh anak kami, kebetulan kami juga muslim," ujar Agung kepada detikJateng, Kamis (10/11/2022).

Agung menyebut, anaknya ditegur karena tak berjilbab oleh guru matematika dengan cara yang kurang tepat. Agung mengatakan, S ditegur di tengah pelajaran matematika, di depan seluruh teman-teman sekelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cuma waktu tempat dan caranya yang mungkin kurang tepat, anak kami ditanya agamanya apa, sudah salat belum dengan segala nada tinggi di depan teman-teman segitu banyak kan ada mungkin krisis kepercayaan diri, malu atau ketidaknyamanan yang tercipta di situ," kata dia.

Agung menyayangkan teguran itu keluar dari seorang guru matematika. Bahkan, kata Agung, guru tersebut justru sempat menyebut matematika itu tidak penting.

ADVERTISEMENT

"(Ditegur) Oleh seorang guru matematika. Yang saya sayangkan adalah saat guru matematika itu justru memberikan statemen di pelajaran yang dia ampu, bahwa matematika itu tidak penting," ujar Agung.

Ditegur di depan kelas begitu rupa, lanjut Agung, anaknya ketakutan. Ironisnya saat minta izin pulang, anaknya justru mendapat teguran oleh guru yang lain.

"Terus akhirnya anak saya sampai ketakutan sampai gemetar, waktu mau minta izin pulang, anak saya satunya ditanyai oleh guru lain cewek, ditanyain 'agamanya apa? kenapa nggak berjilbab? berarti belum dapat hidayah dong'," ujar Agung.

Agung mengaku tidak masalah jika anaknya ditegur terkait pemakaian jilbab. Namun menurutnya ada cara-cara yang lebih tepat untuk menyampaikannya.

"Hal-hal seperti ini sebenarnya (disampaikan) saat pelajaran agama kami oke, atau anak kami dipanggil secara personal monggo. Tapi yang terjadi di sini adalah pendidik memasukkan satu subjektivitas pribadi yang harusnya edukasi itu berpedoman kepada obyektivitas norma dan etik, itu yang kami merasa harus dievaulasi," tegasnya.

Pihak sekolah minta maaf, simak di halaman selanjutnya...

Agung membenarkan guru matematika tersebut sudah mendatanginya untuk menyampaikan permintaan maaf tersebut. Namun pihaknya berharap ada ruang diskusi agar peristiwa itu tak terulang.

"Saat kemarin guru-guru datang kemari (rumahnya). Guru-guru minta maaf. Oke, sesama muslim kita maafkan. Tapi apakah berhenti di maaf? tentu tidak," kata dia.

"Hari Rabu akan ada ruang dialog, tapi diajukan hari Selasa. Namun dengan acara ceremonial yang secara substansi tidak ada solusi untuk masalah kami. Yang kami butuhkan ruang dialog untuk mencari jalan keluar, supaya anak kami bisa nyaman bersekolah," ucapnya.

Dengan kejadian ini, dia berharap adanya kolaborasi antara wali murid dengan pihak sekolah untuk mencari solusi masalah bullying di sekolah.

"Saya berpikir sekolah mau menghilangkan bullying, saya yakin tidak bisa. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana mengatur masalah ini, jika ini muncul kita berkolaborasi sebagai tim solid untuk menghadapi bersama agar ada solusi di depannya," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, permintaan maaf disampaikan SMAN 1 Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Suwarno (54), guru matematika. Suwarno diadukan salah satu orangtua muridnya ke Polres Sragen karena diduga melakukan perundungan.

Masalah ini muncul ketika Suwarno disebut meminta salah satu siswinya yang masih duduk di kelas X untuk memakai jilbab. Dia menyampaikan itu saat jam pelajarannya di depan kelas pada Kamis (3/11).

"Saya sampaikan secara umum di kelas supaya anak yang lain tahu. Memakai jilbab bukan karena pakaian budaya atau patut-patutan. Tapi memakai jilbab itu karena perintah Allah. Jadi memakai jilbab itu perintah Allah, bukan karena perintah gurunya, saya ingin anak-anak memakai jilbab dengan kesadaran diri, dengan ikhlas, tidak dipaksa dan tidak ditekan. Saya menyampaikannya seperti itu," kata dia saat ditemui di SMAN 1 Sumberlawang, Kamis (10/11).

Dia mengatakan maksud penyampaiannya itu hanya sebatas memberi nasihat antara guru kepada muridnya. Dia tidak ada niatan untuk memaksa apalagi melakukan perundungan.

"Karena ada satu anak yang belum memakai jilbab itu tadi. Tapi sebelumnya saya tidak pernah menyampaikan itu. Tapi karena ada anak yang malu ke masjid tidak jilbaban itu, saya menyampaikan secara spontanitas," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads