Pengelana viral Joko Kendil baru-baru ini menyedot perhatian masyarakat di jagat maya. Kedatangannya selalu menjadi perhatian warga, tak jarang yang kemudian memintanya untuk sekadar foto bareng dan bersalaman.
Pengelana atau musafir dengan nama asli Darno warga Grobogan ini tampak selalu mengenakan pakaian yang serba berwarna hitam.
Beberapa hari lalu, tepatnya pada Selasa (25/10/2022), Joko Kendil sempat 'diamankan' polisi saat memasuki wilayah Kabupaten Rembang. Hal itu untuk mengantisipasi keamanan warga yang antusias menyambut kedatangan Joko Kendil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat pun kemudian diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan Joko Kendil di kompleks Mapolsek Lasem. Saat di Mapolsek Lasem, tampak Joko Kendil berpakaian serba warna hitam, lengkap dengan penutup kepalanya yang juga berwarna hitam.
Kapolsek Lasem Iptu Arief Kristiawan yang sempat berbincang dengan Joko Kendil menjelaskan penutup kepala yang dipakai oleh Joko Kendil itu semacam udeng yang kemudian dilapisi kain hitam sampai leher. Sedangkan baju yang dikenakan merupakan baju 'Kanung'.
"Yang di kepala (penutup kepala) itu pakai udeng, terus ditutup pakai kain hitam sampai menutup lehernya. Untuk pakaiannya, pakai baju kanung. Baju kanung itu baju adat Jawa yang hitam-hitam, baju hitam, celana gombrong hitam," terang Arief saat dihubungi detikJateng, Jumat (28/10/2022).
Baca juga: Kisah Pengelana Joko Kendil |
Salah satu sejarawan muda asal Rembang, Exsan Ali Setyonugroho, menjelaskan pakaian 'kanung' merupakan pakaian yang sudah muncul sejak zaman dulu. Bahkan sudah dipakai oleh para pekerja galangan kapal di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Rembang pada saat itu.
Ini terkonfirmasi pada sebuah foto di Belanda yang menampilkan kegiatan para pekerja galangan kapal di Desa Dasun Kecamatan Lasem, Rembang. Pada foto itu terdapat tulisan tahun 1922.
"Sebenarnya baju 'kanung' sendiri juga dipakai oleh pekerja galangan kapal di Dasun pada zaman Belanda. Itu diperkuat ada foto dari Belanda. Di foto itu bertuliskan tahun 1922. Menggambarkan kegiatan pekerja galangan kapal yang memakai pakaian hitam-hitam 'kanung'," tutur Exsan, Sarjana Pendidikan Sejarah Unnes, saat dihubungi detikJateng, Jumat (28/10).
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Selain itu, Exsan menambahkan, pakaian 'kanung' juga dipakai oleh para pejuang di Lasem pada saat perang Lasem melawan VOC Belanda pada tahun 1741-1750. Termasuk salah satu tokoh pemimpin perang Raden Panji Margono juga mengenakan pakaian 'kanung'.
"Di dalam buku 'Carita Sejarah Lasem', disebutkan tokoh Panji Margono memakai baju serba hitam seperti pakaian 'kanung', saat perang melawan VOC 1741-750. Ini seperti sebuah simbol perlawanan," terang Exsan.
Sejarawan lain sekaligus budayawan asal Lasem, Yon Suprayoga, menuturkan pakaian 'kanung' berupa pakaian serba hitam. Baju dan celana combrang berwarna hitam ditambah dengan ikat kepala yang juga berwarna hitam.
Yon juga mengatakan pakaian ini sudah muncul sejak zaman dulu. Para pekerja galangan kapal di Dasun, Lasem dan para pejuang saat Perang Lasem, pada saat melawan VOC Belanda, juga mengenakan pakaian 'kanung'.
"Pakaian 'kanung' itu pakaiannya serba hitam. Baju celana berwarna hitam. Lengkap dengan ikat kepala berwarna hitam ada juga yang memakai batik. Kemunculannya ini, dulu orang-orang pekerja galangan kapal Dasun sudah memakai pakaian ini. Bahkan saat perang Lasem para pejuang juga memakai pakaian 'kanung', serba hitam-hitam," papar Yon.