Bencana longsor terjadi di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. BPBD Purbalingga telah berkoordinasi dengan Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengenai kelayakan kondisi tanah di lokasi bencana longsor tersebut.
"Penyebab Longsor dari gejala bumi yang muncul retakan memanjang. Arah longsor tegak lurus arah retakan, disebabkan hujan deras, permukiman di lereng, dan beban rumah," kata Kepala BPBD Purbalingga Umar Fauzi saat dihubungi detikJateng, Jumat (28/10/2022).
Seperti diketahui, longsor di Siwarak menyebabkan 48 rumah yang ada di RT 04 RW 7 dan sejumlah fasilitas publik mengalami kerusakan. Umar mengatakan, hasil analisis tersebut juga memberikan sejumlah rekomendasi penanganan lokasi setelah bencana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut retakan-retakan tanah yang ada perlu segera ditutup.
"Sekarang harus segera ditutup rekahan yang dimaksud, sehingga akan terlihat apakah masih bergerak atau tidak, lamban atau cepat. Penutupan untuk mengurangi air hujan masuk ke dalam pori tanah," jelasnya.
![]() |
Umar menjelaskan masuknya air ke dalam pori-pori tanah bisa mempercepat laju gerakan permukaan di atasnya. Sebab, tanah akan menjadi gembur jika diterjang air kembali.
"Penutupan tanah secepatnya kami lakukan, koordinasi dengan desa dan pihak-pihak terkait," ujarnya.
Dari hasil penelitian geologi, Umar menambahkan, ada dua kemungkinan mengenai lokasi tersebut apakah bisa ditinggali lagi atau tidak. Kesimpulannya bisa diambil setelah dilakukan pengamatan pergerakan tanah.
"Kalau (gerakan tanahnya) cepat dan merusak perumahan sepertinya perlu di relokasi. Kalau gerakannya lambat bisa dievaluasi kembali, apa masih bisa dipertahankan dengan perkuatan-perkuatan lereng," ujarnya.
"Saat ini, masyarakat sementara diharapkan tetap mengungsi sambil mengamati pergerakan tanah dan kerusakan perumahan di Desa Siwarak," imbuh Umar.
(dil/sip)