Memasuki musim hujan, ada berbagai potensi penyakit yang bisa mengancam manusia salah satunya leptospirosis. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi mencatat di Jateng ada 389 kasus leptospirosis sepanjang 2022 dan 55 pasien di antaranya meninggal dunia.
Dikutip dari detikhealth, penyakit ini berasal dari kencing tikus yang bercampur dengan genangan air. Kemudian penularannya melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit lecet dan makanan sehingga bakteri dari kencing tikus itu masuk ke tubuh manusia.
Kepala Dinkes Provinsi Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar mengatakan, dari catatan Dinkes Jateng dari bulan Januari 2022 hingga September 2022 ada 55 pasien yang meninggal setelah mengidap Leptospirosis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sampai September yang meninggal 55 orang dan kasusnya 389," kata Yunita lewat pesan singkat, Rabu (26/10/2022).
Ia mengatakan pasien tersebut tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah. Menurutnya yang paling banyak ada di Klaten, namun Yunita tidak menyebutkan jumlahnya.
"(Paling banyak) Klaten," ujarnya.
Gejala leptospirosis yaitu menggigil, batuk, diare, sakit kepala tiba-tiba, demam tinggi, nyeri otot, hilang nafsu makan, mata merah dan iritasi. Jika mengalami gejala itu sebaiknya langsung dibawa ke fasilitas kesehatan.
"Gejala seperti tipes, DBD dengan ciri khusus pegal-pegal di betis," tegas Yunita.
Untuk mencegah leptospirosis, Yunita mengimbau agar masyarakat membiasakan hidup bersih. Selalu perhatikan tempat meletakkan makanan agar tidak terjamah tikus.
"Imbauannya ya biasakan hidup bersih dan sehat, jangan biarkan binatang pembawa penyakit berkeliaran. Maka jangan biasakan meninggalkan sisa makanan di sembarang tempat sehingga mengundang tikus," imbau Yunita.
(apl/sip)