"Sekarang itu penuh dengan lumut sutra, penuh banget dan pas di Juni 2022 itu pasir tertutup. Itu mematikan semua biota dan membusuk, akhirnya pasir yang semula putih menjadi hitam," kata warga Desa Kemojan, Bambang Jakaria saat dihubungi detikJateng via telepon, Selasa (25/10/2022).
Dari beberapa foto dan video yang diterima detikJateng, kondisi pantai itu tampak penuh dengan limbah. Bang Jack, begitu sapaannya, terlihat sedang menggali limbah lumut sutra yang ada di pantai. Mirisnya, Pantai Cemara di Desa Kemojan itu kini berbau busuk dan penuh limbah.
Bang Jack menjelaskan, pantai yang tertutup limbah itu menyebabkan biota laut mati. Tak ayal kondisi pantai berbau busuk dan menghitam. Dia mengatakan limbah itu berasal dari tambak udang yang lokasinya tidak jauh dari Pantai Cemara.
"Terus baunya membusuk kayak peceren (comberan) gitu. Ketika angin timur terus meluas, sebab angin timur itu membawa lumut, (jadi) bukan tumbuh dari tepi pantai, tidak, itu dari luar. Itu diterpa angin, masuklah ke pantai. Di luar mangrove itu kan tambak udang semua," terang Bang Jack.
"Di sebelah tanaman mangrove itu ada tambak udang. Dan sebelumnya pantai itu tidak ada. Sama dengan pantai lainnya. Ketika ada tambak di situ, baru apalagi tahun ini parah. Tahun kemarin ada, tidak separah sekarang," dia mengimbuhkan.
Bang Jack yang juga Ketua BPD Desa Kemojan mengatakan, kondisi tersebut berlangsung sekitar tiga tahun lalu sejak ada tambak udang mulai beroperasi. Parahnya, kata dia, limbah menghitamkan Pantai Cemara tahun ini.
"Sejak adanya tambak, awal tambak belum. Sekarang sudah beroperasi dua sampai tiga tahun kalau tidak salah, di tahun ini yang paling kuat. Pantai Telaga lumut tidak ada, tapi lumpurnya hitam bau," jelasnya.
"Kalau dulu masih bagus, dulu masih putih, pantainya masih putih, sekarang ya seperti itu. Baunya setengah mati," lanjut dia.
![]() |
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Lihat juga Video: Semburan Busa Putih Cemari sungai Citarum di Padalarang
Dia pun meminta kepada pemerintah untuk menegakkan keadilan. Apalagi, kata dia, daerah Pulau Karimunjawa merupakan wilayah yang dilindungi. Dia khawatir jika limbah dibiarkan akan merusak ekosistem yang ada di Pulau Karimunjawa.
"Tegakkan aturan yang sebenar-benarnya, sebab Karimunjawa ini dilindungi pariwisatanya, sudah dilindungi oleh undang-undang dan berlapis, dari kawasan strategis nasional. Karimunjawa bukan cuma Karimunjawa, bukan (cuma) Jepara, tapi sudah nasional, dan itu dilindungi oleh undang-undang. Ketika begini ini, tambak merajalela, itu jelas melanggar aturan, melanggar undang-undang," ungkap dia.
Bang Jack menambahkan, rencananya pada 10 November 2022 pihaknya akan beraudiensi dengan DPRD Jepara. Sebab, kata dia, Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta sempat mengecek ke Pantai Cemara, namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
"Kemarin sudah ada pak Pj Bupati Jepara, tapi bilangnya akan menampung dan disampaikan kepada OPD terkait. Sekarang OPD perizinan ada di situ, dinas pariwisata juga ada, DLH juga ada, lengkap datang ke sini. Tidak sesuai," tambah dia.
dimintai konfirmasi secara terpisah, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa Titi Sudaryanti mengatakan ada 35 hektare tambak di Pulau Karimunjawa. Namun, kata dia, tidak ada tambak yang berada di kawasan taman nasional. Menurutnya, soal tambak merupakan kewenangan dari Pemkab Jepara.
"Tambak di luar kawasan taman nasional, bukan kewenangan kami. Kami selalu mengimbau agar pemilik tambak memperhatikan air limbahnya," kata Titi kepada detikJateng lewat pesan singkat siang ini.
Sementara itu, Sekda Jepara Edy Sudjatmiko belum merespons saat dimintai konfirmasi tentang kondisi Pantai Cemara di Karimunjawa yang diduga tercemar limbah. (aku/dil)