Hari Tulang dan Sendi Anak Sedunia atau World Pediatric Bone and Joint (PB&J) Day diperingati tiap 19 Oktober. Berikut sejarah tentang Hari Tulang dan Sendi Anak Sedunia yang diperingati hari ini, Rabu (19/10/2022) dan seputar osteosarkoma atau kanker tulang pada anak di Indonesia.
Sejarah Hari Tulang dan Sendi Anak Sedunia
Dilansir situs United States Bone & Joint Initiative (USBJI), Hari Tulang dan Sendi Anak Sedunia dicanangkan oleh USBJI Pediatric Speciality Group tiap tahun pada tanggal 19 Oktober sejak 2012. Tema tahun pertamanya ialah 'Kekurangan Vitamin D pada Anak'.
USBJI atau Inisiatif Tulang dan Sendi AS adalah gerakan kolaboratif internasional yang disetujui Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Misi USBJI meningkatkan kualitas hidup orang yang mengidap gangguan muskuloskeletal (sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi) dan untuk memajukan pemahaman, pencegahan dan pengobatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diproklamirkan secara resmi oleh Presiden AS, George W. Bush, USBJI telah didukung oleh 50 negara bagian dan lebih dari 100 profesional perawatan kesehatan nasional, pasien dan organisasi publik, 125 sekolah kedokteran AS dan banyak perguruan tinggi kedokteran," dikutip dari usbji.org.
Mengenal Osteosarkoma di Indonesia
Salah satu penyakit tulang pada anak ialah Osteosarkoma. Menurut situs web Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, osteosarkoma merupakan kanker pada tulang yang dapat merusak jaringan tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh, umumnya bersifat agresif dan cenderung menyebar ke organ lainnya.
Osteosarkoma berkembang dari tulang-tulang besar yang tumbuh cepat seperti tulang paha, tulang kering dan tulang lengan atas. Dilansir yankes.kemkes.go.id, angka kejadian osteosarkoma sekitar 0,2% dari semua tumor ganas, dengan jumlah kejadian 3 orang tiap 1 juta penduduk.
"Osteosarkoma mayoritas menyerang anak remaja dengan resiko kejadian lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan," kata dr.Alexandra Widita Pangarso Sp.A, dikutip dari yankes.kemkes.go.id.
Penyebab, gejala, dan pengobatan osteosarkoma ada di halaman selanjutnya...
Penyebab dan Gejala Osteosarkoma
Menurut yankes.kemkes, hasil penelitian menyebutkan bahwa osteosarkoma terjadi karena perubahan bibit dari sel-sel tubuh saat masa pertumbuhan tulang. Gejala yang sering ditemui tergantung pada tulang yang terkena.
Gejala Osteosarkoma:
- Nyeri pada tulang atau sendi
- Adanya benjolan pada lengan atau tungkai bawah, terutama daerah sekitar bahu atau lutut
- Demam, cepat lelah, penurunan berat badan
- Ada fraktur pada area tulang yang terkena, seperti tangan atau kaki (Hal ini bisa terjadi karena sel kanker telah melemahkan tulang, sehingga menyebabkan tulang rapuh dan patah).
3 Pengobatan Osteosarkoma
Dikutip dari yankes.kemkes, pengobatan osteosarkoma dilakukan dengan prosedur pembedahan atau operasi, kemoterapi, dan juga radioterapi. Berikut penjelasannya:
1. Pembedahan (Operasi)
Ada dua pilihan pada prosedur pembedahan yaitu limb-salvage surgery atau prosedur pembedahan tanpa perlu melakukan amputasi pada anggota tubuh. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat tulang yang terkena tumor, kemudian akan diganti dengan cangkok tulang atau tulang buatan dari logam.
Sedangkan jika sel kanker telah menyebar ke saraf dan pembuluh darah, maka tindakan yang dilakukan adalah amputasi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan menghambat pertumbuhannya. Kemoterapi diberikan melalui obat yang diminum dan melalui infus.
3. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan operasi, baik tindakan pembedahan untuk menghilangkan tumor maupun amputasi, kemudian dilakukan radioterapi. Lama pengobatan osteosarkoma tergantung pada stadiumnya, kurang lebih 42 minggu.
Sedangkan untuk tingkat keberhasilan pengobatan osteosarkoma tergantung dari respon masing-masing anak terhadap pengobatannya.
"Kebanyakan pasien osteosarkoma datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut", kata salah satu dokter spesialis hematologi onkologi anak, dr. Bambang Ardianto Sp.A(K), dikutip dari yamkes.kemkes.go.id.
Maka itu, orang tua sebagai pendamping anak diharapkan proaktif dalam mengawasi kondisi kesehatan anak di masa pertumbuhan dan perkembangannya sabagai upaya untuk deteksi dini osteosarkoma.