Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali melakukan penelitian di situs Gumuk Candi Tlawong, Desa Tlawong, Kecamatan Sawit. Hanya saja kegiatan itu dipertanyakan.
Boyolali Heritage Society (BHS) mempertanyakan kegiatan penelitian situs Gumuk Candi Tlawong yang berada di tengah areal pertanian warga itu. Pasalnya, kegiatan ekskavasi itu disebut belum ada koordinasi dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.
"Koordinasi (Disdikbud) dengan BPCB dilakukan setelah BPCB mendapat laporan dari komunitas. Justru BPCB tahunya (ada penelitian situs Gumuk Candi Tlawong) malah karena laporan komunitas," kata Ketua BHS, Kusworo Rahadyan, Jumat (30/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, situs tersebut sebenarnya sudah ada kajian awal dari BPCB Jawa Tengah. Namun pelaksanaan ekskavasi ini dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga.
"Sebenarnya memang tidak harus BPCB (yang melakukan ekskavasi). Swasta pun boleh asal ada izin dari pemerintah dan koordinasi dengan BPCB. Situs ini di awal sudah ditangani BPCB dengan penugasan tinjauan awal dulu baru ke ranah ekskavasi lanjutan. Sedangkan kewenangan ekskavasi penyelamatan itu lebih besar di ranah BPCB dari pada dinas," urainya.
"Sudah selayaknya dinas jalin koordinasi dengan BPCB terkait ekskavasi ini. Karena harus melalui beberapa tahapan survei harusnya. Nah yang terjadi kok ini sudah tahapan ekskavasi oleh dinas bareng CV Bhalakala dan BPCB malah tahunya dari laporan komunitas. Ini ada apa dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan?" sambung Kusworo.
![]() |
Penelitian situs Gumuk Candi Tlawong yang dilakukan Disdikbud Boyolali dengan menggandeng pihak swasta sebagai pelaksananya itu sudah dilakukan sejak Kamis (29/9) kemarin, dengan agenda bedah bumi. Kemudian Jumat hari ini mulai dilakukan pengupasan lapisan tanah.
Dari pantauan detikJateng, sejumlah petugas melakukan pengukuran di situs tersebut. Setelah pengukuran dan pemasangan benang-benang selesai, sejumlah pekerja mulai mengupas lapisan tanah dengan hati-hati.
Kepala Desa Tlawong, Joko Tri Wijayanto, mengatakan keberadaan situs gumuk candi itu sebenarnya sudah menjadi cerita turun temurun. Namun warga mempercayai lokasi tersebut merupakan tempat keramat. Tidak tahu kalau lokasi itu bekas candi.
"Terus dari pegiat budaya itu survei ke sini, bulan Agustus dari BPCB Jawa Tengah datang ke sini, ternyata dia menyimpulkan bahwa di sini itu bekas candi. Namun candi itu masuk candi yang tinggi ataupun yang pendek belum diketahui. Terus ada tindak lanjut dari Dinas Kebudayaan, dalam hal ini dipihakketigakan dari arkeolog Jogja. Hari ini mulai ekskavasi," katanya kepada para wartawan di lokasi.
Menurut dia, ekskavasi rencananya akan berlangsung selama 14 hari atau 2 minggu.
![]() |
"Kemarin bedah bumi, sekarang (hari ini) mulai ekskavasi, sampai 14 hari," imbuh dia.
Terpisah Kabid Kebudayaan Disdikbud Boyolali, Biyanto, dikonfirmasi detikJateng menyatakan bahwa kegiatan yang berlangsung di situs Gumuk Candi Tlawong saat ini bukan merupakan ekskavasi. Namun baru pembersihan untuk pengkajian terhadap situs tersebut.
"Belum ke ekskavasi. Ekskavasi kami harus izin juga ke BPCB," kata Biyanto.
Dia mengaku, sudah berkoordinasi dengan BPCB Jateng. Kemarin dan hari ini juga berkomunikasi dengan BPCB Jateng. Hari Senin (3/10) pekan depan pihaknya juga masih akan ada pertemuan dengan BPCB.
"Tadi pagi kita sampaikan, dibersihkan dulu nggak apa-apa. Penggalian dalam rangka ke pengkajian, belum sampai ke ekskavasi. Pembersihan untuk mendukung kajiannya. Senin ada pertemuan dengan BPCB," tandasnya.
(apl/sip)