Cerita Jembatan Bantengan Klaten dan Orang-orang yang Dieksekusi Usai G 30 S

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 24 Sep 2022 16:21 WIB
Jembatan Bantengan di jalan Klaten - Karanganom, Klaten, September 2022. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Jembatan Bantengan di Jalan Klaten-Karanganom wilayah Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, menyimpan cerita kelam seputar peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Menurut sesepuh Desa Tarubasan, di jembatan itu dulu seratusan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dieksekusi.

"Dulu kalau tidak salah ada sekitar seratusan, 127 orang kalau tidak keliru. (Eksekusi) Di barat jembatan dan timur jembatan yang sisi utara dan selatan," kata Bani (73) warga setempat kepada detikJateng, Rabu (21/9/2022) siang.

Diceritakan Bani, saat itu usianya baru sekitar 16 tahun. "(Eksekusi) Habis Isya biasanya, truk diparkir di selatan desa lalu orang-orang itu dibawa ke bawah jembatan. Ada yang ditembak, ada yang tidak," ucap Bani.

Saat proses eksekusi berlangsung, ujar Bani, sebagian warga sekitar Jembatan Bantengan menyaksikan dari kejauhan. "Ada yang ditembak di pojok lapangan (Kadirejo) awalnya. Kalau sore mau ada kiriman (orang-orang yang akan dieksekusi) warga biasanya kumpul, menonton," terang Bani.

Bani mengatakan, orang-orang yang dieksekusi itu bukan warga sekitar Karanganom, tapi orang dari jauh yang tak dikenal oleh warga sekitar. Setelah dieksekusi, mayatnya dikuburkan oleh teman mereka sendiri.

Jembatan Bantengan di jalan Klaten - Karanganom, Klaten, September 2022. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

"Yang mengubur juga bukan warga sini. Yang menguburkan ya tahanan PKI sendiri yang tidak dieksekusi, PKI yang sudah menyerah," papar Bani.

Menurut ingatan Bani, eksekusi di Jembatan Bantengan itu terjadi pada akhir Oktober 1965. "Kanan kiri jembatan itu dulu tidak rata, ada cekungan dalam dan jembatan masih kecil dengan alas papan kayu. Mereka diminta turun ke lubang yang sudah dipondasi itu, lalu ditembak dari atas," kenang dia.

Dua dasawarsa kemudian, sekitar tahun 1978, Jembatan Bantengan dibangun menjadi seperti sekarang. ''Saat jembatan dibangun, yang di selatan jembatan itu tulang belulang muncul. Lalu dirawat, dibuatkan peti, dan dikubur lagi di utara," kata Bani.

Warga lain, Komari (90) mengatakan proses eksekusi pada 1965 itu juga dilakukan di selatan jembatan, dekat dengan sawah yang digarapnya.

"Sawah saya di selatan tapi sisi barat, yang untuk nembaki yang sisi timur. Dulu jembatan masih sesek (papan kayu), belum dibangun seperti sekarang," kata Komari kepada detikJateng.

Komari mengenangkan, dirinya bersama warga lain biasa menonton proses eksekusi itu. "(Mereka) Dijajar di bawah jembatan. Orangnya dari jauh, dari sana," ujar Komari sambil menunjuk ke arah Gunung Merapi.

Kisah tentang Jembatan Bantengan selanjutnya ada di halaman berikutnya...




(dil/aku)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork