Menelusuri Jejak Penangkapan DN Aidit di Kampung Sambeng Solo

Terpopuler Sepekan

Menelusuri Jejak Penangkapan DN Aidit di Kampung Sambeng Solo

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 24 Sep 2022 15:13 WIB
Lokasi yang dulunya dipakai persembunyian DN Aidit di Sambeng Mangkubumen, Banjarsari, Solo. Kini rumah itu telah dibeli orang. Foto diambil Jumat (16/9/2022).
Lokasi yang dulunya dipakai persembunyian DN Aidit di Sambeng Mangkubumen, Banjarsari, Solo. Kini rumah itu telah dibeli orang. Foto diambil Jumat (16/9/2022). (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng)
Solo -

Kampung Sambeng Solo menyimpan secuil kisah dari sejarah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemimpin PKI, Dipa Nusantara (DN) Aidit, ditangkap di kampung yang terletak tak jauh dari Stasiun Balapan Solo ini.

Prapto (70) merupakan salah satu saksi hidup penangkapan Aidit. Warga Sambeng RT 02 RW 03, Mangkubumen, Banjarsari, ini ingat betul saat sepasukan tentara mendatangi kampungnya.

Momen itu terjadi pada Senin dini hari, 22 November 1965. Prapto mengatakan, warga Kampung Sambeng saat itu dibangunkan oleh tentara dan dibawa ke sebuah tempat untuk diinterogasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupanya pasukan tentara di bawah komando Kolonel Jasir itu mendapatkan informasi bahwa pentolan PKI, DN Aidit, bersembunyi di Sambeng. Mereka pun menggeledah rumah yang ditinggali Kasim.

"Semua laki-laki dibawa tentara, dikumpulkan, disuruh jongkok, tangannya di atas kepala. Saya sempat ditodong senapan di dada saya, tapi saya tidak dibawa karena masih 12 tahun saat itu," kata Prapto (70), saksi hidup penangkapan Aidit, saat dijumpai di rumahnya di Sambeng RT 02 RW 03, Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Jumat (16/9/2022).

ADVERTISEMENT

Ayah Prapto termasuk orang yang diangkut aparat. Namun dalam beberapa hari, ayahnya dipulangkan karena tidak terbukti terlibat.

"Banyak yang tidak pulang saat itu. Ada yang beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian mereka pulang," ujar dia.

Warga Tak Tahu Ada Aidit

Menurut Prapto, warga kampungnya tidak ada yang mengenal Aidit. Tak ada pula yang tahu kapan Aidit mulai tinggal di rumah Kasim.

"Itu kan rumah Bu Harjo, dikontrak Pak Kasim, katanya itu temannya Aidit. Tapi orang sini tidak tahu kapan datangnya," kata Prapto.

Beda Versi Penangkapan Aidit

Dalam pengejaran itu, ujar Prapto, tentara tak langsung menemukan Aidit. Kasim kemudian diinterogasi dan memberi tahu keberadaan Aidit. Ada versi yang mengatakan Aidit bersembunyi di dalam lemari, ada pula yang menyebut dia bersembunyi di balik lemari.

"Kalau saya dengar itu sembunyi di belakang lemari. Biasanya lemari kan dipasang menempel tembok, tapi ini di sudut rumah sehingga masih ada ruang di belakangnya," katanya.

Prapto (70), saksi hidup penangkapan Aidit, saat dijumpai di rumahnya, Sambeng , Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Jumat (16/9/2022).Prapto (70), saksi hidup penangkapan Aidit, saat dijumpai di rumahnya, Sambeng , Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Jumat (16/9/2022). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng

Simak tentang Aidit di Kampung Sambeng di halaman selanjutnya...

Banyak Simpatisan PKI

Tak salah jika Aidit memilih Solo sebagai tempat persembunyiannya. Saat itu Solo, termasuk Sambeng, dikenal sebagai salah satu basis kekuatan PKI.

Wali Kota Solo saat itu, Utomo Ramelan, juga disebut dari PKI. Namun, pada akhir masa PKI, Utomo dan Aidit berbeda pendapat mengenai revolusi.

Utomo Ramelan masuk dalam kelompok PKI radikal yang pro terhadap revolusi. Sementara Aidit termasuk dalam kelompok moderat yang ingin menyelamatkan PKI yang diambang kebinasaan.

Aidit pun sempat turun ke daerah untuk berbicara kepada tokoh-tokoh PKI, termasuk Utomo Ramelan. Victor M Vic dalam buku Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi tentang Konspirasi (2005) menuliskan bahwa Aidit dan Lukman menuju ke Semarang, Boyolali, dan Solo pada 2 Oktober 1965.

Rencana Aidit meredam kekisruhan ternyata gagal. Utomo dan kawan-kawan berkukuh mendukung Gerakan 30 September dan berakhir tragis.

"Di sini banyak yang PKI. Dulu kalau latihan nyanyi sama njoget Genjer-genjer, Nandur Jagung itu di dekat sini, ada rumah yang besar. Dulu itu kan kesenian, bukan seperti yang di film itu," ucap Prapto.

Kondisi Rumah Persembunyian Aidit

Rumah persembunyian Aidit hanya berjarak sekitar 20 meter dari rumah Prapto. Kini rumah tersebut sudah dibeli seseorang bernama Nuri Andrianto.

Sudah tak ada lagi yang tersisa dari tempat persembunyian terakhir DN Aidit. Usai membeli rumah itu pada 2012, Andrianto langsung membangun ulang rumah tersebut.

"Ini luasnya 160 meter persegi. Tapi bangunannya kecil, banyak lahan kosongnya. Di depan ada pohon mangga dan belimbing," kata Andrianto saat ditemui.

Bangunan lawas itu kemudian diratakan dengan tanah karena kondisinya sudah rusak. Kini rumah itu berubah menjadi berlantai dua.

"Saat saya beli atapnya rusak, kayu-kayunya rusak. Katanya ada lemari besar, tapi saya beli sudah nggak ada," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/dil)


Hide Ads