Puluhan eks buruh pabrik PT Wonogiri Jaya Lestari (WJL) yang berada di Sabuk Wetan, Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, mendatangi Kantor Kecamatan Jatisrono. Mereka datang untuk meminta bantuan menyelesaikan permasalahan gaji yang tidak dibayarkan oleh pabrik tersebut.
Salah satu mantan karyawan PT WJL, Gunawan Wibisono, mengatakan dirinya datang ke kantor Kecamatan Jatisrono bersama sekitar 25 buruh. Buruh yang datang mengalami nasib yang sama yakni pembayaran gaji tidak penuh.
"Hari ini kami mendatangi kantor kecamatan untuk meminta bantuan dan solusi (Forkopimcam). Karena selama dua bulan kerja di pabrik itu gajinya tidak dibayar penuh," kata Gunawan kepada wartawan di sela-sela audiensi, Kamis (22/9/2022).
Ia membeberkan, PT WJL mulai beroperasi pada Juli lalu. Para karyawan mulai bekerja di pabrik itu mulai 13 Juli. Pada 5 Agustus merupakan waktu gajian kali pertama. Namun pada saat itu setiap karyawan hanya menerima Rp 500 ribu. Kemudian pada 10 Agustus diberi kembali dengan jumlah Rp 400 ribu per karyawan.
"Untuk yang September ini malah belum menerima sama sekali. Janjinya 5 September kemudian berubah jadi tanggal 10. Terakhir mau menjanjikan 20 September tapi sampai hari ini belum dibayar. Sehingga 2 bulan kerja itu baru menerima Rp 900 ribuan," ungkap dia.
Menurutnya, pemberian gaji itu tidak sesuai perjanjian. Sebab sejak awal perjanjian kerja yang juga ditandatangani kedua belah pihak, setiap karyawan berhak menerima gaji sesuai UMK Wonogiri setiap bulannya. UMK Wonogiri saat ini Rp 1.839.043,99.7.
Sejak awal, kata dia, karyawan dijanjikan mendapat gaji UMK, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, insentif dan tidak ada jam molor. Selain itu para karyawan juga telah dibuatkan ATM untuk menerima gaji. Namun pada saat memberi gaji menggunakan uang cash. Bahkan ada rekening sampai ada yang terblokir karena kosong.
"Saat sudah kerja jadi tidak sesuai harapan. Hitungannya mulai tidak jelas. Ada yang lembur nggak dibayar, pernah ada pekerja yang kerja mulai pagi sampai pagi juga. Perjanjian awal itu kerja hanya 8 jam, seterusnya dihitung lembur," kata Gunawan.
Buruh lain yang mempunyai nasib yang sama, Indri Purwati, mengatakan jumlah bekerja sebagai operator di PT WJL sekitar 150 orang yang terbagi menjadi lima line. Namun saat ini yang masih bekerja di sana tinggal dua line. Sekitar 74 karyawan ada yang resign karena tidak digaji penuh dan dirumahkan dengan alasan tidak ada produksi.
"Ini yang masih kerja di sana kebanyakan orang-orang baru. Infonya kemarin menerima Rp 1 juta. Nah itu kan tidak adil juga, pembayaran tidak merata. Mungkin uang itu dikasih agar mereka tidak ikut keluar," kata dia.
Menurutnya, banyaknya karyawan yang tidak dibayar bukan karena pabrik merugi. Sebab barang yang diproduksi semua sudah terjual atau dikirim ke buyer.
"Yang jelas kami meminta hak kami dipenuhi. Dibayar tanpa dicicil. Kalau nggak diprotes bisa membodohi orang-orang baru secara terus-menerus. Nanti terima karyawan baru saat waktunya gajian diliburkan," kata Indri.
Selengkapnya, penjelasan perusahaan di halaman berikutnya...
(apl/rih)