Objek 'harta karun' di tengah proyek MRT Jakarta. Ada dua temuan yakni jalur trem dan saluran air kuno Batavia.
Dilansir detikFinance, Rabu (21/9/2022), dua objek tersebut yakni Saluran Air Kuno Batavia dan juga bagian Struktur Jembatan Glodok. Keduanya merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
Berikut ini penjelasan terkait dua 'harta karun' tersebut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jembatan Glodok Kuno
Dikutip dari detikNews, Jembatan Glodok Kuno ditemukan di lokasi proyek MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota. Jembatan ini ditemukan satu meter di bawah persimpangan Jalan Pinangsia Raya dengan Pintu Besar Selatan dan Pancoran.
Hal ini disampaikan oleh Tim Arkeolog dari kontraktor MRT Jakarta, Junus Satrio Atmodjo, saat meninjau proyek MRT Jakarta Fae 2A Glodok-Kota pada Selasa (20/9). Saat ini, lokasi jembatan itu sudah kembali ditutup sehingga tak terlihat lagi dari permukaan.
"Jalan Pancoran dan Pinangsia dulunya bukan jalan. Kita berdiri di atas jembatan kuno. Di bawah jembatan kuno," kata Junus di lokasi, kemarin.
Junus menyampaikan jembatan kuno ini tidak akan dipindahkan seperti objek cagar budaya lainnya yang ditemukan di lokasi serupa. Nantinya, pihaknya hanya mengambil sebagian material untuk dipamerkan di museum dibangun di stasiun MRT.
Rel Trem Jadul Peninggalan Hindia Belanda (1869-1959)
Tim Arkeolog dari kontraktor MRT Jakarta juga menemukan rel trem jadul peninggalan Hindia Belanda (1869-1959) yang dulunya memiliki panjang mencapai 800 meter. Trem itu berhenti beroperasi pada 1960-an.
"Rel trem itu juga belok, di Jalan Gajah Mada dia agak belok dikit kemudian lurus sana. Jadi simpang ini banyak ceritanya," kata Junus.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya...
Saluran Air Kuno Batavia
Saluran Air Kuno Batavia peninggalan zaman VOC ditemukan di lokasi proyek MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota. Ternyata, saluran air sepanjang 400 meter itu dibangun oleh VOC dan digunakan untuk menyalurkan air bersih kepada penduduk Benteng Dalam yang kini merupakan kawasan Kota Tua.
Tim Arkeolog dari kontraktor MRT Jakarta, Junus Satrio Atmodjo menjelaskan, saluran air ini ditemukan sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah. Jalur pipanisasi itu dulunya membentang dari persimpangan Glodok dekat Orion Plaza hingga kawasan Pasar Ikan.
"Ini Orion Plaza, dulunya tempat penyaringan air. bangunan seng ini dulunya adalah benteng kecil. Ini sempat jadi penjara, M Hatta pernah dipenjara di sini tahun 40-an. Tapi kemudian diputuskan dijual maka jadilah Orion Plaza. Ini adalah cikal bakal air masuk menuju ke dalam Kota Batavia mulai dari sini," kata Junus saat meninjau Proyek MRT Jakarta Fase 2A Glodok-Kota, kemarin.
Pembangunan saluran air yang terbuat dari terakota ini direncanakan sejak tahun 1730. Akan tetapi, pipa air itu baru bisa berfungsi pada tahun 1800 an.
Saat itu, upaya antisipasi lingkungan kota yang kotor dilakukan VOC dengan memasok air bersih dari arah selatan, di mana ujung pipa atau waterleiding bermula di daerah Pancoran di sebuah tempat bernama Waterplaats (kolam air). Kemudian, berakhir sekitar Pasar Ikan.
Saluran pipa bahkan melewati gedung Wali Kota (Stadhuis) dan Kantil Batavia. Setidaknya, kebutuhan air bersih untuk ribuan penduduk dalam kastil dilayani oleh saluran pipa ini, baik untuk minum maupun mencuci.