Dunia maya dihebohkan dengan kabar dugaan kebocoran data registrasi pengguna SIM prabayar. Kebocoran data ini diduga terjadi sejak 2017 lalu. Data tersebut kini diperjualbelikan.
Dalam postingan di forum breached.to, seorang pengguna dengan nama Bjorka memposting data tersebut. Menurutnya, data berukuran 87 GB tersebut berisi data dari 1,3 miliar pendaftar.
Datanya itu berisi nomor induk kependudukan (NIK), nomor telepon, nama operator seluler, tanggal registrasi. Ia pun memberikan contoh yang bisa didapat gratis berisi dua juta pendaftar. Sementara untuk menebus data secara penuh, harganya adalah USD 50.000.
Penjual mengklaim data itu diperolehnya dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Adapun dari pihak kementerian sendiri membantah kabar tersebut. Mereka membantah kebocoran itu berasal dari pihaknya.
"Nggak ada, bukan dari Kominfo. Formatnya juga beda. Yang ngecek Pak Ismail (Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo)," sebut Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba, dikutip dari detikInet, Kamis (1/9/2022).
Alfons Tanujaya, pengamat keamanan siber dari Vaksincom, mengaku sudah mengecek data itu. Menurutnya, data yang disebar itu terlihat otentik setelah melihat isi datanya.
"Aku sudah download datanya dan isinya memang terlihat otentik," kata Alfons saat dihubungi detikINET, Kamis (1/9/2022).
Ada beberapa hal yang membuat Alfons yakin bahwa data registrasi prabayar ini otentik. Pertama adalah adanya kecocokan nomor telepon dengan kode nomor awalan yang dipakai di operator seluler di Indonesia.
"Dari kecocokan nomor telepon dengan provider telkonya juga cocok. Sebagai gambaran kalau 62817 itu providernya Exelcomindo, kalau 62812 62811 itu telkomsel, 62815 62816 itu Indosat," jelasnya.
Lalu untuk membuktikan lebih lanjut, Alfons pun mencoba menghubungi beberapa nomor telepon yang ada di daftar tersebut, dan mengecek apakah nama pemiliknya sesuai dengan data yang disebar.
"Jadi sudah pasti datanya valid, itu yang jawab yah orangnya semua," tutup Alfons.
(ahr/aku)