Seorang kakek yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung membeli satu unit mobil secara tunai alias cash. Usut punya usut kakek bernama Wardji itu membeli mobil karena dia kerap ditolak naik bus karena dikira pengemis.
"Dia bilang gini, kadang kalau ingin naik bus nggak ada yang berhenti, makanya dia mikir ke situ. Dia pakaiannya sangat sederhana banget. Kadang sobek-sobek. Kenapa saya mau beli mobil mbak? motivasi saya lagi cegat bus dikira orang gila, pengemis, nggak mau berhenti," kata tenaga penjualan dealer Daihatsu, Dezy Ais, seperti dilansir detikOto, Senin (29/8/2022).
Ais menceritakan kakek Wardji datang ke dealer Daihatsu untuk membeli mobil Daihatsu Sigra warna putih dengan uang tunai yang dibawanya dalam karung. Mobil itu, lanjut Ais, rencananya akan dipakai kakek Wardji untuk pulang kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kakek Wardji ternyata mengaku belum bisa menyetir mobil. Meski begitu dia akan menggunakan mobil itu dengan menyewa sopir.
Ais menceritakan kakek Wardji dua kali mendatangi dealer tersebut. Sebelumnya kakek Wardji mengaku hanya memiliki uang Rp 170 jutaan.
Dari pengakuan Wardji, Ais mengatakan uang tersebut dikumpulkan selama sekitar 2 tahun. Uang tersebut didapat kakek Wardji dari hasil mengumpulkan rongsok dan warisan.
"'Aku mau lihat-lihat mobil mbak. Danaku sekitar Rp 170-an (juta) kurang lebihnya. Sebagian dari uang tabungan, sebagian dari uang warisan'," cerita Dezy Ais menirukan perkataan kakek Wardji.
Setelah melihat sejumlah model dan harga mobil, Kakek Wardji memutuskan untuk kembali pulang. Saat itu uang kakek Wardji masih kurang.
Hingga akhirnya kakek Wardji datang kembali ke dealer pada Sabtu (22/8) dengan membawa sekarung uang. Dia membeli mobil Daihatsu All New Sigra dengan banderol Rp 180,4 juta.
Hari itu juga mobil tersebut dikirim ke rumah Kakek Wardji yang berada di Desa Bangunsari, Sragen, Jawa Tengah.
Ais mengungkap, uang dalam karung itu dihitungnya di dalam dealer. Butuh waktu 4 jam untuk menghitungnya.
"Aku itu menghitung uang dari jam 7 sampai jam 11-an. Benar-benar uang yang masih dalam lintingan. Itu dimasukkan ke dalam toples-toples," ucap Ais.
(sip/aku)