Bill Gates Berkisah Perjuangan Ilmuwan Jogja Membasmi Hewan Berbahaya di Dunia

Terpopuler Sepekan

Bill Gates Berkisah Perjuangan Ilmuwan Jogja Membasmi Hewan Berbahaya di Dunia

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 27 Agu 2022 18:05 WIB
Bill Gates di Yogyakarta
Bill Gates di Jogja. (Foto: Blog Bill Gates)
Solo -

Pendiri Microsoft Bill Gates menyebut nyamuk sebagai binatang paling berbahaya di dunia. Sebab, nyamuk banyak membunuh manusia dengan berbagai macam penyakit seperti demam berdarah, demam chikungunya, malaria, sampai kaki gajah.

Hal tersebut ditulisnya dalam blog pribadinya yang berjudul 'Apakah kita bisa mengakali binatang paling berbahaya di dunia?'. Di blog itu dia juga bercerita soal kisah suksesnya 'beternak nyamuk' di Jogja, Indonesia.

Beternak 'Nyamuk Sakti'

Bill Gates membahas mengenai pembiakan jutaan nyamuk di laboratorium kemudian sengaja dilepaskan. Bakteri Wolbachia yang sudah dimasukkan akan menyebar sehingga bisa mengatasi penularan penyakit akibat nyamuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nyamuk yang dihasilkan dari pabrik itu membawa bakteri bernama Wolbachia yang menghalangi mereka menularkan demam berdarah dan virus lain semacam Zika, chikungunya dan lainnya pada manusia," tulis Bill Gates.

Dia bahkan sudah pernah berkunjung ke Jogja yang menjadi salah satu pusat penelitian nyamuk ber-Wolbachia itu. Dia mengunjungi laboratorium yang berada di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu 8 tahun silam.

ADVERTISEMENT

"Itu adalah eksperimen dari World Mosquito Program, yang bekerja untuk menghentikan penyebaran demam berdarah dan penyakit lainnya, yang telah dilangsungkan di Yogyakarta. Yayasan kami mendanai riset ini. Tahun 2014, aku mendatangi Yogyakarta untuk melihat awal dari pekerjaan ini," tulisnya.

Peneliti Bantah Dibiayai Bill Gates

Peneliti nyamuk Wolbachia dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM membantah proyek tersebut dibiayai oleh yayasan milik Bill Gates.

Peneliti pendamping WMP Yogyakarta dr. Riris Andono Ahmad, M.P.H., Ph.D menanggapi tulisan yang dibuat Bill Gates itu.

yayasan yang mendanai riset di Yogyakarta tersebut didanai sepenuhnya oleh Yayasan Tahija, bukan yayasan milik Bill Gates (Gates Foundation)," kata Riris melalui keterangan tertulisnya yang diterima detikJateng, Selasa (23/8).

"Kegiatan pengendalian kasus DBD dengan nyamuk ber-Wolbachia yang dilakukan oleh WMP di Kota Yogyakarta merupakan riset atau penelitian, bukan eksperimen," kata dia menambahkan.

Progres Penelitian 'Nyamuk Sakti'

Bill Gates membagikan cerita soal 'nyamuk sakti' dengan bakteri Wolbachia yang mencegah penyebaran demam berdarah di Jogja. Lalu bagaimana perkembangan program Wolbachia dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini?

Project leader WMP Yogyakarta Prof Adi Utarini mengatakan penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) yang berlangsung selama 2017-2020 telah selesai.

"Penelitian tentang Wolbachia dalam eliminasi dengue, dilakukan sejak 2011-2020 dan saat ini tahapan penelitian efikasi sudah selesai," kata Prof Adi dalam keterangannya, Sabtu (27/8).

Kini teknologi Wolbachia telah diimplementasikan menjadi program pelengkap pengendalian DBD oleh pemerintah daerah Sleman dan Bantul.

"Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, tajuk program implementasinya bernama Si Wolly Nyaman (Si Wolbachia Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman) pada tahun 2021, dan bersama Pemerintah Kabupaten Bantul dalam program WoW Mantul (Wolbachia wis Masuk Bantul) sejak Oktober 2021 hingga sekarang," jelasnya.

Dijelaskannya, program Si Wolly Nyaman dan WoW Mbantul itu diimplementasikan oleh Dinas Kesehatan bersama Puskesmas sebagai pemangku program. Dengan melibatkan peran kapanewon, kalurahan, hingga padukuhan area implementasi teknologi Wolbachia sebagai pemangku wilayahnya.

Lebih lanjut, WMP Yogyakarta telah selesai menerapkan teknologi Wolbachia di seluruh wilayah Kota Jogja pada 2020. Selanjutnya, WMP Yogyakarta bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengimplementasikan teknologi Wolbachia di wilayah dengan kasus DBD yang tinggi di Kabupaten Sleman pada 2021 dan Bantul pada 2022.

Dari uji efikasi Wolbachia atau penelitian AWED pada 2017-2020 di Kota Yogyakarta, menunjukkan bahwa teknologi Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kasus Dengue dan menurunkan 86 persen kasus Dengue yang dirawat di rumah sakit.

"Ke depannya, kami berharap teknologi Wolbachia dapat diperluas implementasinya ke daerah di luar DIY, sebagai program pelengkap pengendalian DBD," ungkapnya.




(aku/dil)


Hide Ads