Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang merasa tertipu penyalur kerja di Kamboja ternyata bukan hal baru. Bahkan, hal itu disebut terus meningkat setiap tahunnya.
"Kasus penipuan di perusahaan investasi palsu semakin marak terjadi karena maraknya tawaran kerja di Kamboja melalui sosial media. Pada tahun 2021 KBRI Phnom Penh berhasil menangani dan memulangkan 119 WNI korban investasi palsu," kata Kepala Disnakertrans Jateng Sakina Roselasari saat ditemui di kantornya, Jumat (29/7/2022).
Pada tahun 2022, kasus itu justru meningkat. Hingga Juli 2022 tercatat sudah ada 291 WNI yang mengadu sebagai korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"291 WNI menjadi korban kemudian 133 di antaranya sudah berhasil dipulangkan," ujarnya.
Peningkatan itu dinilai karena banyak warga yang tergiur dengan iming-iming gaji yang besar tanpa syarat kompetensi khusus. Bahkan cara calon TKI diberi kemudahan dengan disediakan tiket hingga visa gratis.
"Mudah sekali, padahal kalau kita kerja di luar negeri kan harus punya kompetensi seperti apa. Mau jadi domestic walker aja ada kompetensinya, manufakturing ada kompetensinya. Ini kan nggak ada kompetensi sama sekali," jelasnya.
Namun, iming-iming itu akhirnya tak sesuai kenyataan. Mereka disebut-sebut tidak mendapat kebebasan dan bekerja dengan waktu yang panjang.
"Sementara ini kan mereka masih bekerja. Namun menyampaikan aduan bahwa gajinya tidak sesuai, kemudian tidak bisa melakukan aktivitas yang terlalu. Di sana tidak sesuai ketentuan yang di sini misalnya berapa jam kerja, mereka itu overtime," jelasnya.
Biasanya para pemberi tawaran kerja beroperasi di media sosial. Mereka membuat flyer digital yang dinilai menggiurkan. Sakina sendiri menemukan banyaknya flyer tawaran kerja dari berbagai lembaga yang diunggah di grup-grup Facebook.
"Untuk menekan jumlah kasus tersebut Kementerian Luar Negeri telah memfasilitasi penyidik Bareskrim Polri untuk melakukan penyelidikan di Kamboja dari para WNI yang dibebaskan," katanya.
"KBRI juga telah memperoleh informasi para perekrut yang sebagian besar masih berasal dari Indonesia kemudian informasi tersebut sudah disampaikan oleh pihak Bareskrim Polri untuk diselidiki lebih dalam guna penindakan terhadap para perekrut," sambungnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah memastikan pekerja migran Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penipuan kerja dan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja, semuanya dalam kondisi baik. Hal tersebut disampaikan setelah dirinya melakukan panggilan video secara langsung dengan para korban pada Kamis (28/7) kemarin.
"Kemarin saya sudah video call dengan mereka, kondisinya baik-baik saja semua, ada satu yang sakit," ujar Ganjar dalam keterangan tertulis, Jumat (29/7/2022).
Kepastian akan kondisi tersebut juga didapatkan setelah pihak KBRI di Kamboja terus berkoordinasi dengan kepolisian setempat. Selain itu, Ganjar meminta pihak KBRI untuk berkomunikasi dengan pihak perusahaan yang menipu para WNI. Ia juga berpesan agar jajarannya bersama KBRI untuk turun langsung memastikan kondisi 54 WNI itu.
(apl/ahr)